Bank Indonesia Optimistis Inflasi Tetap Terkendali hingga 2026
NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Okt 2025, 19:00
Muhammad Fikri
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Tangkapan layar - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan pemaparannya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu (22/10/2025). Perry Warjiyo mengatakan pihaknya optimis bahwa tingkat inflasi dapat terus terjaga pada kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen hingga akhir 2025 bahkan sampai 2026 mendatang. (ANTARA)
Ntvnews.id, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya optimistis tingkat inflasi nasional akan tetap terjaga rendah di kisaran sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen hingga akhir 2025 bahkan sampai 2026. Keyakinan ini ia sampaikan dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu, 22 Oktober 2025.
“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen,” ujar Perry Warjiyo.
Ia menjelaskan, inflasi inti diperkirakan tetap rendah berkat ekspektasi inflasi yang terjaga, kapasitas ekonomi yang masih besar, terkendalinya imported inflation atau inflasi dari harga komoditas impor, serta dampak positif digitalisasi di berbagai sektor ekonomi.
Sementara itu, inflasi volatile food juga diproyeksikan tetap stabil melalui sinergi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), yang diperkuat oleh implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Perry menyampaikan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tercatat sebesar 2,65 persen year-on-year (yoy).
Inflasi inti tercatat tetap rendah di level 2,19 persen yoy, dipengaruhi pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah kapasitas potensial serta kebijakan suku bunga BI yang konsisten.
Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices atau harga yang diatur pemerintah hanya mencapai 1,1 persen yoy, dipicu oleh penurunan tarif angkutan dan harga bensin, meski harga rokok eceran mengalami kenaikan.
Namun, inflasi kelompok harga bergejolak (volatile food) meningkat menjadi 6,44 persen yoy akibat naiknya harga cabai, bawang, beras, dan daging ayam ras setelah masa panen berakhir serta meningkatnya biaya input produksi.
“Meski begitu, inflasi volatile food diperkirakan tetap terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat maupun Daerah (TPIP/TPID) dan penguatan implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” ujar Perry.