Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa realisasi lifting minyak nasional pada periode September–Oktober 2025 telah melebihi target yang ditetapkan dalam APBN 2025.
“Alhamdulillah per hari ini lifting kita di bulan September–Oktober itu sudah mencapai 619.000 barel per hari. Dan rata-rata dari Januari sampai Oktober sudah mencapai 605.000–607.000 barel per hari. Jadi sudah melampaui target dari APBN 2025 yakni 605.000 barel per hari,” ujar Bahlil di Jakarta, Senin.
Menurutnya, peningkatan kinerja lifting minyak tersebut merupakan hasil dari arahan langsung Presiden RI Prabowo Subianto yang meminta agar produksi nasional ditingkatkan.
“Presiden memerintahkan kepada saya untuk menaikkan lifting. Harus mencapai target,” katanya.
Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa pemerintah menargetkan Indonesia mampu mencapai 80 persen kemandirian energi pada tahun 2029.
“Kami mau dorong peningkatan lifting, juga memakai semua energi yang ada di kekayaan di negara kita. Insya Allah, 2029–2030 minimal 80 persen kemandirian energi dapat kita wujudkan,” kata Bahlil.
Baca Juga: Bahlil Umumkan Produksi Minyak Nasional Capai 608,1 Ribu Barel per Hari
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah disebut tidak akan bergantung sepenuhnya pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), melainkan melalui kolaborasi dengan sektor swasta dan BUMN.
Bahlil menuturkan, alasan APBN tidak menjadi sumber utama pembiayaan adalah karena adanya berbagai program prioritas pemerintah yang juga membutuhkan alokasi dana besar, seperti Program Makan Bergizi Gratis dan Sekolah Rakyat.
Sebagai langkah menuju kemandirian energi, pemerintah kini tengah memperluas penggunaan biodiesel 40 (B40), yakni campuran crude palm oil (CPO) sebesar 40 persen dengan solar sebesar 60 persen, untuk menekan impor bahan bakar minyak.
Ia menambahkan, pada tahun 2026, pemerintah berencana meningkatkan kadar campuran CPO menjadi 45 hingga 50 persen, sehingga menjadi B45 atau B50.
Selain melalui biodiesel, Bahlil juga menegaskan bahwa pemerintah sedang mengkaji penerapan E10 atau bioetanol, yaitu bahan bakar dengan campuran etanol sebesar 10 persen di BBM, sebagai bagian dari upaya menekan ketergantungan terhadap impor energi.
(Sumber : Antara)