Ntvnews.id, Jakarta - Apple mungkin bisa menghemat biaya produksi iPhone Fold berkat desain engsel yang lebih efisien, menurut analis Ming-Chi Kuo.
Dalam laporan terbarunya, seperti dikutip dari Apple Insider, Selasa (14/10/2025), Kuo memperkirakan biaya produksi engsel iPhone lipat tersebut bisa hanya sekitar US$70 (Rp1,16 juta) hingga US$80 (Rp1,32 juta) per unit, jauh di bawah perkiraan pasar sebelumnya yang mencapai US$100 (Rp1,65 juta) hingga US$120 (Rp1,98 juta).
Engsel menjadi komponen penting karena memungkinkan layar iPhone Fold untuk dilipat dengan mulus. Meski kompleksitas desain engsel biasanya memicu biaya tinggi, produksi massal bisa menekan harga secara signifikan.
Produksi engsel tersebut akan ditangani oleh Foxconn dan Shin Zu Shing melalui usaha patungan, yang kini mengamankan sekitar 65% pesanan dari Apple.
Sisa produksi dikerjakan oleh Amphenol, sementara Luxshare diprediksi akan ikut ambil bagian setelah tahun 2027.
Masuknya pemain baru seperti Luxshare di masa depan bisa memperbesar persaingan dan menurunkan harga komponen lebih jauh lagi, yang tentunya menguntungkan Apple dari sisi efisiensi biaya.
Rumor sebelumnya menyebutkan iPhone Fold mungkin akan hadir dalam bentuk dua iPhone Air yang disatukan melalui engsel, dengan rangka titanium atau aluminium agar tetap tipis dan kokoh.
Kuo sempat menyarankan penggunaan baja tahan karat dan engsel logam cair, tapi pendekatan ini dikhawatirkan membuat perangkat menjadi terlalu berat.
Meski sudah lama dirumorkan sejak 2019, belum ada kepastian kapan iPhone Fold akan benar-benar dirilis ke pasar.
Kuo juga tidak memberikan bocoran lebih lanjut soal jadwal peluncurannya.