Ntvnews.id, Jakarta - BlackRock Inc tetap menjadi penggemar obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor panjang.
Alasannya obligasi hasil tinggi menawarkan kompensasi risiko yang cukup dalam menghadapi ketidakstabilan politik lokal.
Blackrock Inc baru-baru ini meningkatkan kepemilikan obligasi tersebut dalam 10 hingga 15 tahun, menggeser posisi dari tenor yang lebih pendek, kata Navin Saigal, kepala pendapatan tetap fundamental BlackRock untuk Asia-Pasifik.
Penambahan tersebut dihasilkan dari reaksi obligasi bertenor panjang yang lebih moderat terhadap penurunan suku bunga mendadak Bank Indonesia dan retorika dovish Federal Reserve (Fed) AS bulan lalu.
“Judul berita terbaru secara inheren tidak menyebabkan kami mengubah posisi apa pun di Indonesia,” kata Saigal dikutip dari Bloomberg, Kamis 4 September 2025.
Baca juga: Danantara Akan Terbitkan Patriot Bond, Bidik Proyek Pengolahan Sampah hingga Transisi Energi
“Meskipun saya yakin situasi ini perlu dipantau, itu memperkuat gagasan bahwa memiliki premi risiko yang cukup, atau margin keselamatan, dalam investasi sangat penting, dan bahwa pendekatan yang terdiversifikasi sangat penting.”
Dukungan terbaru BlackRock terhadap obligasi Indonesia datang setelah negara Asia Tenggara itu mengalami aksi jual saham dan utang lebih lanjut, menyusul protes akhir pekan baru terhadap meningkatnya biaya hidup dan ketidaksetaraan.
Ketidakstabilan politik, yang juga mempengaruhi Thailand sekarang, mendorong pemikiran ulang di antara banyak investor tentang prospek ekonomi kawasan dan manfaat dari pelonggaran moneter lebih lanjut oleh bank sentral lokal.