Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) China pada 17 September resmi membuka konsultasi publik untuk rancangan standar nasional wajib terbaru, berjudul "Persyaratan Keselamatan untuk Sistem Bantuan Mengemudi Gabungan dalam Kendaraan Terhubung Cerdas."
Melansir CarNewsChina, Kamis (18/9/2025), regulasi ini dirancang untuk menutup celah keselamatan kritis dalam penggunaan sistem bantuan mengemudi Level 2 (L2) yang saat ini berkembang pesat di pasar otomotif China.
Mengutip laporan Economic Information Daily (EID), pejabat MIIT menjelaskan standar ini akan membentuk fondasi keselamatan yang komprehensif.
Selain itu, standar ini akan menjadi dasar teknis penting dalam proses akses industri, pengawasan mutu, serta investigasi insiden terkait sistem bantuan mengemudi L2.
Sistem bantuan mengemudi gabungan telah menjadi salah satu fitur unggulan dalam kendaraan baru di China karena kemampuannya mengurangi beban kerja pengemudi dan meningkatkan kenyamanan berkendara.
Sepanjang Januari hingga Juli 2025, penjualan kendaraan penumpang yang dilengkapi sistem L2 mencapai 7,76 juta unit, naik 21,31% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Tingkat penetrasi pasar sistem ini juga meningkat menjadi 62,58%, naik 6,5 poin persentase dibandingkan tahun lalu.
Namun, pesatnya adopsi sistem ini juga menimbulkan tantangan signifikan, terutama terkait keselamatan dan kesalahpahaman publik.
Pejabat MIIT menyoroti beberapa isu penting, termasuk belum adanya standar kinerja yang seragam serta risiko penyalahgunaan istilah dalam pemasaran.
"Beberapa perusahaan menggunakan istilah seperti 'mengemudi otonom canggih' atau 'tanpa pengambilalihan' dalam promosi mereka, sehingga menyesatkan masyarakat dengan mengaburkan perbedaan antara 'bantuan mengemudi' dan 'mengemudi otonom'," kata seorang pejabat MIIT kepada EID.
"Hal ini meremehkan batas kemampuan sistem dan mendorong pengemudi untuk lalai, seperti mengemudi tanpa tangan dalam waktu lama atau berkendara sambil terdistraksi, yang telah menyebabkan sejumlah kecelakaan fatal dan menimbulkan keprihatinan public," lanjutnya.
Kerangka Keselamatan Tiga Tingkat
Standar baru ini mengusung kerangka kerja "jaminan keselamatan rangkap tiga" yang mencakup peningkatan performa sistem, penguatan keselamatan, dan standardisasi penggunaan. Beberapa poin utama meliputi:
- Persyaratan kinerja fungsional yang jelas:
Standar ini mendefinisikan secara tegas "kondisi operasi desain" di mana sistem boleh diaktifkan.
Terdapat juga persyaratan teknis keselamatan untuk berbagai fungsi, seperti jalur tunggal, multi-jalur, dan bantuan navigasi.
Aspek lain yang diatur termasuk interaksi manusia-mesin, keselamatan fungsional, keamanan siber, serta perekaman data. Verifikasi dilakukan melalui pengujian fasilitas, uji jalan, dan inspeksi dokumen.
- Persyaratan manajemen proses:
Protokol keselamatan berlaku untuk seluruh siklus hidup produk, mulai dari pengembangan, produksi, hingga operasional.
Di tahap pengembangan, produsen wajib menerapkan penilaian risiko proaktif. Selama produksi, harus dijaga keandalan dan ketertelusuran.
Sedangkan di tahap operasional, diperlukan pemantauan kondisi kendaraan secara dinamis dengan kewajiban pelaporan.
- Panduan penggunaan sistem yang distandardisasi:
Sistem wajib dilengkapi deteksi lepas tangan dan pemantauan tatapan pengemudi. Bila pengemudi melepaskan tangan dari kemudi atau mengalihkan perhatian, sistem akan memberikan peringatan.
Jika tidak ada respons, sistem akan dinonaktifkan secara aman. Untuk mencegah penyalahgunaan, pengemudi yang berulang kali lalai akan dikenai penguncian sementara sistem.
Sesuai klasifikasi nasional China, tingkat otomatisasi mengemudi terbagi dari L0 hingga L5. Standar baru ini secara khusus ditujukan untuk sistem Level 2 (L2) atau Combined Driving Assistance, yang tetap mengharuskan pengemudi waspada, mengontrol kendaraan, dan siap mengambil alih setiap saat dalam kondisi darurat.