Pemilu Perdana Myanmar, Partisipasi Didominasi Pemilih Lansia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Des 2025, 05:50
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Bendera Myanmar Bendera Myanmar (Pixabay)

Ntvnews.id, Naypydaw - Myanmar menggelar pemilihan umum pertamanya setelah lima tahun dilanda perang saudara. Namun, kelompok anak muda yang sebelumnya aktif memberikan suara dalam pemilu terdahulu disebut banyak yang tidak terlihat dalam pemungutan suara yang diselenggarakan oleh militer. Sebaliknya, pemilih berusia lanjut dilaporkan mendominasi partisipasi pada pemilu kali ini.

Dilanisir dari AFP, Senin, 29 Desember 2025, gelombang eksodus warga terus terjadi sejak militer mengambil alih kekuasaan lima tahun lalu. Mereka yang meninggalkan Myanmar sebagian besar merupakan pria usia wajib militer hingga 35 tahun, serta kalangan muda yang memilih mencari penghidupan lebih baik di luar negeri di tengah kondisi ekonomi domestik yang melemah.

Sementara itu, anak muda yang masih tinggal di Myanmar pun dinilai tidak menunjukkan minat besar untuk terlibat dalam pemilu tersebut. Sejumlah aktivis hak asasi manusia internasional bahkan menilai pemilu yang digelar oleh junta militer itu sebagai pemilu semu.

"Sebagian besar orang yang pergi untuk memilih adalah orang tua," ujar seorang pria berusia 20-an di wilayah Mandalay yang meminta identitasnya dirahasiakan demi alasan keamanan.

Baca Juga: Junta Myanmar Serang Rumah Sakit, Lebih dari 30 Tewas

"Saya rasa tidak ada yang ingin terlibat dalam kekacauan ini," katanya kepada AFP.

"Orang-orang mungkin tidak percaya pada keadilan pemilu ini," tambahnya.

Di salah satu tempat pemungutan suara yang berada di dekat Pagoda Sule di pusat Kota Yangon, mayoritas pemilih terlihat berasal dari kalangan lansia, ibu-ibu yang menggendong anak, serta ibu rumah tangga yang membawa keranjang belanja. Seorang pejabat pemilu setempat menyebutkan, dari sekitar 1.400 pemilih terdaftar di lokasi tersebut, kurang dari 500 orang telah menggunakan hak pilihnya hingga kurang dari dua jam sebelum TPS ditutup.

Pemimpin junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing saat menghadiri parade militer memperingati 78 tahun angkatan bersenjata Myanmar di Naypyidaw, Myanmar, Jumat, 1 Agustus 2025. <b>(Antara)</b> Pemimpin junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing saat menghadiri parade militer memperingati 78 tahun angkatan bersenjata Myanmar di Naypyidaw, Myanmar, Jumat, 1 Agustus 2025. (Antara)

Sebagai perbandingan, tingkat partisipasi pemilih pada pemilu terakhir tahun 2020 tercatat mencapai sekitar 70 persen.

Di sisi lain, pensiunan guru sekolah pedesaan bernama Sein Yee menyatakan bahwa memberikan suara merupakan kewajiban setiap warga negara. "Ini adalah kesempatan bagi semua warga negara untuk mencapai perdamaian di negara ini," ujar perempuan berusia 74 tahun tersebut.

Myanmar terjerumus ke dalam konflik berkepanjangan sejak kudeta militer pada 2021. Dua tahun lalu, junta juga memberlakukan wajib militer untuk memperkuat pasukan dalam menghadapi kelompok gerilyawan dan pasukan etnis minoritas yang telah lama menguasai sejumlah wilayah pinggiran negara.

Baca Juga: Susunan Pemain Timnas Indonesia U-22 vs Myanmar, Struick dan Mauro Starter Lagi

Sementara itu, seorang warga berusia 35 tahun menilai pemilu tersebut tidak adil dan tidak mencerminkan kehendak rakyat. Ia meragukan adanya perubahan setelah pemilu digelar. "Saya pikir ini adalah pemilu yang tidak adil yang diadakan bertentangan dengan keinginan rakyat," kata Kyaw Min Thein di Negara Bagian Rakhine bagian barat yang sebagian besar berada di bawah kendali pasukan etnis minoritas.

"Saya rasa tidak akan ada perubahan. Saya pikir ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mengganti seragam tentara mereka dengan seragam sipil dan mempertahankan kekuasaan mereka," lanjutnya.

Adapun proses pemungutan suara pada putaran pertama pemilu junta Myanmar kini telah resmi ditutup, sekaligus mengakhiri masa pembukaan pemungutan suara yang berlangsung selama sebulan. Jurnalis AFP melaporkan dari sebuah TPS di pusat Kota Yangon, pengumuman panggilan terakhir bagi pemilih disampaikan melalui pengeras suara sebelum TPS ditutup pada pukul 16.00 waktu setempat, di lokasi yang sebelumnya menjadi pusat demonstrasi pro-demokrasi besar pada 2021 usai kudeta militer.

x|close