Ntvnews.id, Moskow – Krisis pemerintahan atau shutdown yang tengah berlangsung di Amerika Serikat (AS) berdampak besar pada sektor penerbangan. Lebih dari 10.000 penerbangan domestik dan internasional dilaporkan mengalami penundaan atau pembatalan.
Menurut data dari situs pelacakan penerbangan FlightAware, tercatat 7.954 penerbangan mengalami keterlambatan, sementara 2.298 penerbangan lainnya dibatalkan. Secara total, terdapat 10.252 penerbangan yang tidak dapat beroperasi sesuai jadwal akibat gangguan tersebut.
Pemerintah AS mengumumkan adanya pengurangan frekuensi penerbangan sebesar 10 persen, disebabkan banyaknya petugas bandara, terutama pengatur lalu lintas udara (air traffic controllers) yang belum menerima gaji karena penghentian sementara anggaran.
Presiden Donald Trump menjelaskan bahwa langkah pengurangan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menjaga keselamatan penerbangan. “Keputusan pengurangan itu merupakan kebutuhan untuk memastikan keamanan 100 persen,” ujar Trump.
Baca Juga: Hampir 3.700 Penerbangan di AS Terganggu Akibat Shutdown Pemerintah
Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan saat perjalanan ke Tokyo di pesawat Air Force One, Senin, 27 Oktober 2025. ANTARA FOTO/REUTERS/Evelyn Hockstein/agr (Antara)
Krisis anggaran ini terjadi karena Kongres AS gagal menyetujui rancangan anggaran tahun fiskal baru yang dimulai pada 1 Oktober, menyebabkan sebagian besar lembaga pemerintahan tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.
Situasi shutdown seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di Amerika Serikat. Selama periode tersebut, sejumlah lembaga pemerintah terpaksa menghentikan operasional akibat tidak adanya dana.
Baca Juga: Krisis Petugas ATC Picu Ribuan Penerbangan di AS Tertunda Akibat Dampak Shutdown Pemerintah
Trump sebelumnya sempat menyebut bahwa kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan pemangkasan anggaran dan PHK massal, termasuk penghapusan beberapa program yang tidak sejalan dengan agenda Partai Republik. Ia juga menuding Partai Demokrat sebagai pihak yang menyebabkan kebuntuan pembahasan anggaran di Kongres.
Sementara itu, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett pada 5 Oktober lalu memperingatkan bahwa shutdown berkepanjangan dapat menimbulkan dampak ekonomi serius. Ia memperkirakan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 15 miliar dolar AS atau setara hampir Rp250 triliun setiap pekan jika situasi tersebut terus berlanjut. (Sumber: Antara)
Arsip foto - Pesawat American Airlines lepas landas dari Bandara Internasional Los Angeles (LAX) di Los Angeles, California, Amerika Serikat, 28 Maret 2018. ANTARA/REUTERS/Mike Blake/am (Antara)