Ntvnews.id, Manila - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Filipina, Ferdinand Martin Romualdez, pada Rabu menyatakan dirinya mundur dari jabatan menyusul mencuatnya kontroversi terkait dugaan korupsi dalam sejumlah proyek infrastruktur di negara tersebut.
Romualdez menegaskan bahwa langkahnya melepas jabatan sebagai Ketua DPR merupakan upaya untuk menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas penuh dalam penanganan kasus tersebut.
"Saya menyatakan pengunduran diri saya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Tindakan saya ini adalah untuk mengizinkan Komisi Independen Infrastruktur melaksanakan mandatnya secara bebas dan penuh, tanpa keraguan, intervensi, dan pengaruh yang tak semestinya," ujar Romualdez dalam pernyataannya menjelang sidang paripurna DPR, Rabu.
Ia mengingatkan kembali sumpahnya saat pertama kali dilantik sebagai Ketua DPR, yaitu menjadikan lembaga tersebut sebagai “rumah rakyat”. Namun, menurutnya, peran kepemimpinan menuntut keberanian untuk menghadapi tantangan pada masa kini.
"Dalam pidato kenegaraannya yang lalu, Presiden Ferdinand R. Marcos Jr. mengingatkan kita bahwa akuntabilitas harus diutamakan dan tidak ada yang bisa lolos darinya. Saya sepenuhnya dan benar-benar mendukung seruan itu," tegasnya.
Baca Juga: Filipina, Jepang, dan AS Gelar Latihan Militer di LCS, China Balas dengan Hal Ini
Lebih jauh, Romualdez mengakui bahwa polemik mengenai proyek infrastruktur telah menimbulkan keraguan yang tidak hanya berdampak pada dirinya, tetapi juga membebani lembaga DPR.
"Selama saya bertahan (sebagai ketua DPR), bebannya akan semakin meningkat -- baik kepada saya, kepada DPR, dan kepada Presiden yang saya upayakan terus dukung," ucapnya.
Ia menambahkan, "dan setelah merenung dan berdoa dalam-dalam, saya telah mengambil keputusan ini".
"Biarkan kebenaran tegak dan keadilan ditegakkan," tutur Romualdez.
Sebagai wakil rakyat dari Provinsi Leyte, ia mendorong rekan-rekannya di parlemen agar terus bekerja dengan semangat persatuan serta tekad yang kuat. Ia juga mengajak masyarakat Filipina untuk tetap setia mendukung demokrasi yang menurutnya memiliki kemampuan untuk “melakukan koreksi diri dan pembaruan”.
"Saya meninggalkan tempat ini seperti saya pertama memasukinya -- pelayan yang rendah hati, siap melayani kapanpun kewajiban menuntut. Saya mundur bukan karena menyerah, tapi karena melayani -- karena tindak kepemimpinan tertinggi adalah rela melepaskan demi memastikan institusi ini semakin kuat dari sebelumnya," pungkasnya.
(Sumber : Antara)