Ntvnews.id, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung berbagi kisah menarik saat menerima 36 finalis Abang None Jakarta 2025 di Balai Kota, Rabu, 20 Agustus 2025.
Dalam kesempatan itu, Pramono secara blak-blakan mengaku pernah bermimpi ingin mengikuti ajang bergengsi tersebut.
"Saya sebenarnya iri dengan saudara-saudara sekalian. Kenapa saya iri, pertama saya tidak tinggi, padahal saya bermimpi suatu hari pengen ikut Abang None Jakarta pasti gak lulus," ucap Pramono Anung.
Pramono menegaskan, terpilihnya 36 finalis Abang None Jakarta adalah prestasi luar biasa. Ia berpesan agar seluruh finalis menjadikan kesempatan ini sebagai motivasi untuk terus berprestasi.
Baca Juga: Pramono Kedatangan 36 Finalis Abang None Jakarta 2025 di Balai Kota
"Dan untuk itu saudara-saudara harus memotivasi diri sendiri yang paling utama untuk bisa meraih apa yang saudara inginkan. Karena untuk sampai di Balai Kota saya tahu perjuangan Abang None ini gak gampang," ujarnya.
Pramono Kembali menyampaikan, bahwa dirinya dulu serius pernah ingin jadi Abang None Jakarta.
Pramono Anung (NTVNews.id/ Adiansyah)
"Saya serius dulu Saya sungguh-sungguh dulu pengen jadi Abang None," ujar dia lagi.
Bahkan, Pramono mengaku masih hafal beberapa nama besar alumni Abang None Jakarta seperti Vivi Alida Yahya, Alya Rohali, dan Maudy Koesnaedi.
Baca Juga: Rano Karno Buka Pemilihan Abang None Jakarta 2025, Dorong Duta Jakarta di Kancah Global
Pramono juga menyinggung perubahan status Jakarta pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Perubahan Status Ibu Kota.
"Jakarta yang dulu hanya semata-mata menjadi ibu kota, sekarang Jakarta berubah menjadi Ibu kota sekaligus menjadi kota global. Dan Jakarta belum berubah, status ibu kotanya masih disandang," imbuhnya.
Pramono menambahkan bahwa hal ini penting diketahui para finalis Abang None Jakarta, mengingat mereka adalah representasi generasi muda yang akan ikut membawa nama Jakarta ke kancah nasional maupun internasional.
Pramono Anung juga berpesan agar para finalis selalu percaya diri, menjaga nilai budaya, serta menjadi wajah positif bagi Jakarta.