BRIN: Tsunami Besar di Selatan Jawa Bisa Terulang Sekitar 200 Tahun Lagi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 7 Agu 2025, 01:05
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Alat pendeteksi gempa dan gelombang tsunami. Ilustrasi - Alat pendeteksi gempa dan gelombang tsunami. (ANTARA/HO-BMKG)

Ntvnews.id, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan bahwa potensi terjadinya tsunami besar di wilayah selatan Pulau Jawa diperkirakan dapat terulang dalam sekitar dua abad mendatang, berdasarkan pola perulangan bencana yang teridentifikasi melalui kajian geologi.

Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Purna Sulastya Putra, menjelaskan bahwa berdasarkan data lapangan dan analisis ilmiah, tsunami berkekuatan magnitudo 9 atau lebih memiliki pola siklus sekitar 600 hingga 800 tahun.

“Peristiwa tsunami besar terakhir di wilayah ini diperkirakan terjadi pada era 1500-an. Jika diambil rata-rata siklus 600 tahun, maka kemungkinan kejadian serupa bisa terjadi lagi sekitar 200 tahun ke depan,” ujarnya di Jakarta, Rabu 6 Agustus 2025.

Meskipun waktu pasti tidak dapat diprediksi secara akurat, menurut Purna, pola perulangan ini tetap dapat dijadikan dasar ilmiah untuk memperkuat strategi mitigasi bencana yang proaktif dan berbasis risiko.

Baca Juga: BRIN Temukan Bukti Tsunami Raksasa di Selatan Jawa: Ancaman Nyata yang Perlu Diantisipasi Serius

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Purna Sulastya Putra memaparkan hasil penelitian jejak tsunami bermagnitudo besar di selatan pulau Jawa sebagai bahan untuk mengurangi dampak bencana berulang, di Jakarta, Rabu 6 Agustus 2025  <b>(Antara)</b> Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Purna Sulastya Putra memaparkan hasil penelitian jejak tsunami bermagnitudo besar di selatan pulau Jawa sebagai bahan untuk mengurangi dampak bencana berulang, di Jakarta, Rabu 6 Agustus 2025 (Antara)

Ia mengungkapkan bahwa kejadian tsunami besar di wilayah selatan Jawa tercatat telah terjadi sekitar 400, 1.000, dan 1.800 tahun lalu, berdasarkan temuan lapisan endapan tsunami purba. Temuan tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan di sejumlah titik sepanjang pantai selatan, seperti Lebak, Pangandaran, Kebumen, Gunung Kidul, hingga Lumajang.

“Saat ini kami terus menelusuri bukti-bukti jejak tsunami yang terjadi sekitar 1.000 tahun lalu di lebih banyak lokasi, agar dapat memastikan keakuratan siklus perulangannya. Hasil sementara menunjukkan pola yang cukup konsisten,” jelasnya.

Purna menekankan pentingnya mengintegrasikan temuan ini dalam kebijakan pembangunan wilayah, terutama di daerah pesisir selatan yang saat ini berkembang pesat secara ekonomi maupun infrastruktur.

Ia memperingatkan bahwa jika tren pertumbuhan penduduk di wilayah pesisir selatan terus berlanjut, diperkirakan akan ada lebih dari 30 juta orang yang tinggal di kawasan rawan tsunami tersebut pada tahun 2030.

“Oleh karena itu, ancaman ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat,” tandasnya. (Sumber : Antara)

x|close