BWI Dorong Akselerasi Wakaf Tunai dan Produktif Demi Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Agu 2025, 21:04
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Rakernas BWI Rakernas BWI (Badan Wakaf Indonesia (BWI))

Ntvnews.id, Badan Wakaf Indonesia (BWI) mempertegas komitmennya untuk mendorong gerakan wakaf nasional secara lebih masif sebagai bagian dari kontribusi terhadap pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Ketua BWI, Prof Kamaruddin Amin, menekankan hal ini dalam sambutannya saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BWI yang digelar di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, pada Selasa 5 Agustus 2025.

“Jadi kita bersama seluruh BWI se-Indonesia berkumpul untuk membicarakan program-program strategis ke depan, sekaligus memastikan bahwa strategi yang disusun BWI pusat bisa dieksekusi secara masif di seluruh Indonesia,” ujar Kamaruddin.

Ia menjelaskan bahwa prioritas utama BWI saat ini adalah menggalakkan Gerakan Indonesia Berwakaf, terutama dalam bentuk wakaf tunai. Selain itu, BWI fokus pada optimalisasi aset wakaf agar lebih produktif, terutama pemanfaatan tanah-tanah idle yang selama ini belum dimaksimalkan secara ekonomi di luar fungsi tradisional seperti masjid, pemakaman, dan lembaga pendidikan.

“Ada dua hal penting yang kita bahas, pertama menjaga aset wakaf dan kedua mengembangkan aset wakaf, khususnya yang produktif,” jelasnya.

Baca Juga: Kemenag Gelar Uji Coba Modul Pembinaan BWI: Wakaf Harus Bertumbuh dan Berkembang

Kamaruddin menegaskan bahwa wakaf memiliki potensi besar untuk menjadi instrumen pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. “Ultimate goal dari gerakan wakaf ini adalah mengentaskan kemiskinan dan mencerdaskan bangsa. Wakaf bisa menjadi fundamental enabler atau pendukung utama terwujudnya program-program pemerintah menuju Indonesia Emas,” katanya.

Namun demikian, ia mengakui bahwa literasi wakaf di tengah masyarakat masih tergolong rendah. Untuk itu, BWI akan menggencarkan edukasi publik dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

“Kami akan bekerja sama dengan Kementerian Agama yang punya struktur hingga tingkat kecamatan, juga dengan stakeholder lain seperti lembaga keuangan syariah dan ormas-ormas keagamaan,” ujar Kamaruddin.

Ia menambahkan bahwa BWI memiliki divisi khusus yang mengurusi literasi wakaf dan akan mengoordinasikan gerakan ini secara nasional.

Baca Juga: Gelar Wakaf & Zakat Run 2024: BWI, Kemenag dan BAZNAS Ajak Masyarakat Berolahraga Sambil Beramal

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar turut menegaskan besarnya potensi wakaf uang di Indonesia, yang jika dikelola secara optimal dapat menjadi kekuatan ekonomi umat Islam.

“Peran negara sudah hadir sejak lama, dan sekarang saatnya kita optimistis. Lembaga-lembaga keumatan harus diberdayakan untuk menutup celah yang selama ini ada, karena sebagian besar umat Islam kita berada dalam kondisi ekonomi lemah,” tutur Nasaruddin.

Ia juga menekankan perlunya keberanian untuk berpikir berbeda demi menghasilkan perubahan nyata. “Kritik adalah pintu pembuka perbaikan. Jangan terlena dalam kegiatan seremonial tanpa substansi,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat peradaban Islam dunia menggantikan posisi Timur Tengah. “Kini saatnya Indonesia mengambil peran itu, dengan dukungan lembaga keumatan dan pengelolaan dana wakaf yang kuat,” tegasnya.

Baca Juga: Kasum TNI Letjen Richard Tampubolon Pimpin Sertijab Pangkogabwilhan I Hingga Dankodilat

Nasaruddin mengakhiri sambutannya dengan harapan agar BWI dapat menjadi motor penggerak kebangkitan ekonomi dan peradaban Islam modern lewat pengelolaan wakaf yang profesional dan berorientasi jangka panjang.

“Semoga Allah memberkahi awal pekerjaan besar bangsa ini, dimulai dari gerakan rakyat dan Rencana Strategis di BWI. Mari kita kembali pada niat yang tulus,” pungkasnya.

Data yang dipaparkan oleh Prof Kamaruddin menunjukkan bahwa Indonesia saat ini memiliki sekitar 451 ribu titik wakaf, namun baru sekitar 2.000 titik yang berhasil dimanfaatkan secara produktif. Berdasarkan kajian Bank Indonesia, potensi aset wakaf nasional diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun. Sementara itu, potensi wakaf uang diestimasi mencapai Rp181 triliun per tahun, tetapi hingga kini yang berhasil dihimpun baru sekitar Rp3,5 triliun. Temuan ini menunjukkan adanya kesenjangan besar antara potensi dan realisasi wakaf di tanah air—tantangan sekaligus peluang besar yang tengah dihadapi BWI dan pemangku kepentingan lainnya.

x|close