Ntvnews.id, Jakarta - Mayoritas masyarakat percaya bahwa ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) asli. Ini merupakan hasil penelitian LSI Denny JA.
"Survei nasional LSI Denny JA mengungkapkan, 74,6% publik menyatakan tidak percaya bahwa ijazah Jokowi palsu," kata Denny JA, dalam keterangannya, Kamis, 31 Juli.
"Hanya 12,2% yang percaya pada tuduhan tersebut," imbuhnya.
Survei dilakukan melalui tatap muka di seluruh provinsi, pada 28 Mei-12 Juni 2025, dengan 1.200 responden. Margin of error penelitian ini ±2,9%, dan memiliki metode multistage random sampling.
Untuk memperdalam analisa, riset ini juga dilengkapi pendekatan kualitatif, termasuk wawancara mendalam, FGD, dan analisis media.
"Temuan penting lainnya yakni ketidakpercayaan terhadap isu ini merata di semua segmen demografi," tuturnya.
Yang tak percaya ijazah Jokowi palsu, lanjut dia, berasal dari kalangan berpendidikan rendah hingga terpelajar. Termasuk dari akar rumput hingga kelompok mapan, dari pedesaan hingga perkotaan, dari Gen Z hingga baby boomer, serta dari seluruh konstituen partai politik.
Jika ditelusuri berdasarkan kelompok pendapatan, kata dia terlihat bahwa di atas 65% setiap kelas ekonomi tidak percaya pada isu ijazah palsu.
"Yang paling tinggi justru di kalangan pendapatan rendah, 79% tak percaya. Di kalangan ekonomi mapan, angkanya 67,6%," tutur Denny.
Dari sisi pendidikan, tamatan SD ke bawah 81,5% tak percaya dengan isu ijazah Jokowi palsu. Sementara SMP/sederajat 73,7% tak percaya dan SMA/sederajat: 69,8% tak percaya.
Dari sisi lainnya, perempuan lebih banyak yang tak percaya dibanding laki-laki (78,2% vs 71,2%). Pemilih non-Islam lebih tinggi tingkat ketidakpercayaannya dibanding pemilih Islam (84,8% vs 73,3%). Kemudian, pemilih pedesaan lebih skeptis terhadap isu ini dibanding warga perkotaan (76,2% vs 70,9%).
Berdasarkan usia, Gen Z (di bawah 27 tahun) 71,4% tak percaya. Lalu, Milenial: 73,7% dan Gen X: 76,1%.
"Semakin tua usia, semakin tinggi tingkat ketidakpercayaan terhadap isu ini," ucap Denny.
Dilihat dari afiliasi politik, ketidakpercayaan juga dominan. Bagi masyarakat yang terafiliasi politik dengan Gerindra, 80,5% tak percaya, Golkar 80,6%, PKB 80,8% dan PDIP 80% tak percaya terhadap isu tersebut.
Sementara berdasarkan pilihan capres, pemilih Prabowo Subianto 79,4% tak percaya, pemilih Ganjar Pranowo 67,9%, dan pemilih Anies Baswedan 51,7% juga tak percaya.
"Yang menarik, kelompok 12,2% yang percaya justru terkonsentrasi pada segmen tertentu yakni ekonomi atas, terdidik, tinggal di perkotaan, dan umumnya bukan pendukung Prabowo-Gibran," tandas Denny.