Ntvnews.id, Seoul - Korea Selatan (Korsel) secara tiba-tiba mengulurkan tawaran untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara (Korut). Namun, tawaran tersebut langsung ditolak oleh pihak Korut.
Dilansir dari AFP.19 Juli, 2025 inisiatif untuk merajut kembali hubungan disampaikan oleh Presiden baru Korsel, Lee Jae Myung, sebagai upaya memulihkan relasi antar dua negara bertetangga. Sayangnya, Korut dengan tegas menyatakan tidak berminat untuk berdamai dan mengabaikan ajakan dari Lee Jae Myung.
Sejak menjabat usai pemilu pada bulan Juni, Presiden Lee telah mengubah pendekatan konfrontatif yang sebelumnya dilakukan pendahulunya terhadap Korut. Salah satu langkahnya adalah menghentikan siaran propaganda yang diputar melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan sebuah kebijakan yang awalnya dilakukan sebagai respons atas kiriman balon berisi sampah dari Korut.
Baca Juga: Korea Utara Larang Turis Asing Kunjungi Resor Pantai, Kenapa?
Tindakan dari Seoul tersebut kemudian direspons Pyongyang dengan keputusan serupa, yakni menghentikan siaran propagandanya sendiri yang biasanya memutar suara-suara ganjil dan menyeramkan ke arah Korsel.
Namun demikian, Kim Yo Jong adik perempuan dari pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un—mengatakan bahwa hal tersebut tidak serta-merta berarti hubungan antara kedua negara bisa segera membaik. Hal ini disampaikan dalam pernyataan terbarunya yang dikutip oleh AFP.
"Jika ROK (Republik Korea-nama resmi Korsel)... berharap dapat membalikkan semua hasil yang telah dicapainya dengan beberapa kata sentimental, tidak ada kesalahan perhitungan yang lebih serius daripada itu," kata Kim Yo Jong dalam pernyataan berbahasa Inggris yang dimuat oleh media resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA).
Kim Yo Jong mempertegas bahwa Korea Utara tidak memiliki ketertarikan ataupun alasan untuk membuka dialog dengan Korsel.
"Kami sekali lagi menegaskan pendirian resmi bahwa apa pun kebijakan yang diadopsi dan apa pun proposal yang diajukan di Seoul, kami tidak tertarik dengan itu dan tidak ada alasan untuk bertemu maupun membahas masalah tersebut dengan ROK," tandasnya.
Baca Juga: Jadwal Semifinal Piala Asia U-17, Korea Selatan dan Korea Utara Bakal Ketemu di Final?
Ia juga menambahkan, "Hubungan DPRK-ROK telah melampaui zona waktu yang tidak bisa diubah lagi untuk konsep homogen."
Menanggapi hal tersebut, pemerintah Korea Selatan menyampaikan bahwa "tingginya tingkat ketidakpercayaan antara kedua negara akibat kebijakan permusuhan selama bertahun-tahun" menjadi faktor utama sulitnya rekonsiliasi. Pernyataan dari Kim Yo Jong ini disebut sebagai respons perdana dari pihak Korut terhadap pendekatan awal yang diambil oleh Presiden Lee.
"Kami menganggap ini sebagai tanda bahwa Korea Utara sedang memantau secara ketat kebijakan pemerintahan Lee soal Korea Utara," ujar juru bicara Kementerian Unifikasi, Koo Byung Sam, dalam sebuah konferensi pers.
Perlu diketahui, kedua Korea hingga kini secara teknis masih berada dalam status perang, karena Perang Korea yang berlangsung pada tahun 1950 hingga 1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan melalui perjanjian damai.
Sebelumnya, Presiden Lee telah menyatakan keinginannya untuk membuka jalur perundingan dengan Korut tanpa persyaratan awal. Langkah ini muncul setelah selama pemerintahan sebelumnya, hubungan antar kedua negara memburuk drastis hingga mencapai titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.