Dokter: Donor Darah Rutin Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Sep 2025, 19:35
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Kegiatan donor darah dalam rangka memperingati Hari Palang Merah Indonesia. ANTARA/Ari Bowo Sucipto. Ilustrasi - Kegiatan donor darah dalam rangka memperingati Hari Palang Merah Indonesia. ANTARA/Ari Bowo Sucipto. (Antara)

Ntvnews.id, Samarinda - Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Hermina Samarinda, Helsa Eldatarina, menyatakan bahwa donor darah secara rutin tidak hanya bermanfaat dari sisi kemanusiaan, tetapi juga dapat merangsang produksi sel darah merah baru yang berperan dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.

“Dengan menurunnya stres oksidatif, maka terjadi perbaikan sel endotel pada pembuluh darah yang berkorelasi langsung dengan penurunan risiko kardiovaskular seperti serangan jantung ataupun stroke,” kata Helsa di Samarinda, Minggu, 28 September 2025.

Ia menjelaskan bahwa saat seseorang mendonorkan darah sekitar 350 hingga 450 cc, tubuh akan kehilangan sejumlah sel darah merah dan zat besi untuk sementara waktu. Kehilangan ini kemudian memicu respons fisiologis tubuh untuk segera mengganti volume plasma serta memproduksi sel darah merah baru dari sumsum tulang.

“Proses inilah yang membuat tubuh menjadi lebih sehat karena secara efektif meregenerasi sel darah yang lebih segar dan produktif untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh,” jelas Helsa.

Dokter itu juga memaparkan bahwa penurunan kadar zat besi dalam tubuh akibat donor darah dapat menurunkan tingkat stres oksidatif, yaitu kondisi kerusakan jaringan yang disebabkan oleh paparan radikal bebas yang dapat memicu berbagai penyakit serius, termasuk kerusakan pembuluh darah.

Baca Juga: Bukan Hanya Menyelamatkan Nyawa, Ini Manfaat Donor Darah untuk Kesehatanmu

Meski donor darah memberikan manfaat besar, Helsa mengingatkan bahwa proses ini bisa menimbulkan efek samping ringan dan sementara seperti pusing, lemas, atau memar kecil di area suntikan. Namun, ia menegaskan bahwa risiko tersebut dapat diminimalkan dengan istirahat cukup serta asupan cairan dan nutrisi yang memadai sebelum dan sesudah donor darah.

Ia juga membantah kekhawatiran terkait risiko penularan infeksi, karena semua peralatan yang dipakai dalam proses donor darah dijamin steril dan hanya digunakan sekali pakai.

Untuk menjaga kondisi tubuh tetap optimal, Helsa menyarankan agar interval ideal donor darah adalah setiap tiga bulan bagi pria dan setiap empat bulan bagi wanita.

“Perbedaan interval tersebut disebabkan karena cadangan zat besi pada wanita biasanya lebih rendah dibanding pria, serta adanya siklus menstruasi setiap bulan,” pungkas Helsa.

(Sumber: Antara)

x|close