Ntvnews.id, Jakarta - Ade Fitrie Kirana menyoroti berbagai bentuk penindasan yang masih dialami kaum perempuan dan anak di Indonesia. Di bulan perayaan Kemerdekaan, bintang sinetron yang juga pebisnis wanita ini berharap perempuan dan anak di Indonesia bisa menjalani kehidupan dengan aman dan nyaman.
"Perempuan dan anak perempuan adalah korban paling sunyi dalam sejarah penindasan. Kini, merekalah yang harus berdiri paling lantang dalam gerakan pembebasan (segala bentuk penindasan)," kata Ade Fitrie Kirana saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Artis yang juga menjadi Ketua Yayasan Perlindungan Perempuan dan Anak (YPPA) mengatakan, pemerintah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global akan memperingati Hari Internasional untuk Mengenang Perdagangan Budak dan Penghapusannya.
Peringatan tersebut, dijelaskan Ade Fitrie Kirana, perlu mengingat momen penting yang menggugah kesadaran global terhadap warisan kelam perbudakan dan perjuangan melawannya.
"Peringatan ini bukan hanya sebagai pengingat sejarah, tetapi juga sebagai cermin masa kini—tentang bagaimana ketidakadilan struktural masih hidup dalam wajah yang berbeda misalnya pada kasus-kasus perdagangan orang," lanjutnya.
Ade Fitrie Kirana menggugah kesadaran kolektif masyarakat bahwa bentuk perbudakan modern masih hidup di sekitar kita yakni perdagangan manusia, kerja paksa, pekerja rumah tangga migran tanpa perlindungan, bahkan eksploitasi seksual yang menyasar perempuan dan anak-anak.
Di banyak negara, termasuk Indonesia, perempuan dan anak perempuan masih menjadi korban rentan dari praktik-praktik yang—meski tidak lagi disebut “perbudakan” tetapi mencabut kebebasan dan martabat manusia.
Bagi Ade Fitrie Kirana, kehadiran Yayasan Peduli Perlindungan Anak (YPPA) dan relawan-relawannya menjadi panggilan untuk memperkuat kesadaran kritis, terutama kepada generasi muda, agar mereka memahami bahwa kebebasan dan kesetaraan adalah hasil perjuangan, bukan pemberian.
"Ini juga menjadi titik tolak bagi kita—terutama para perempuan—untuk terus melawan bentuk-bentuk penindasan yang masih membelenggu banyak perempuan muda," urai bintang sinetron Raden Kian Santang.
Fokus yayasan ini terhadap anak dan remaja peremuan dilandasi dengan kesadaran bahwa remaja perempuan bukan sekadar objek pembangunan, mereka adalah subjek perubahan. "Mendengarkan suara mereka adalah langkah pertama menuju keadilan yang sesungguhnya bagi ibu dan anak," kata Ade Fitrie Kirana.