Telkom Proyeksikan Infranexia Bisa Tumbuh Sebesar Telkomsel

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Des 2025, 22:45
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Direktur Strategic Business Development and Portfolio Telkom Seno Soemadji (kanan) dan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Arthur Angelo Syailendra (kiri) dalam suatu acara. ANTARA/Indra Arief Pribadi. Direktur Strategic Business Development and Portfolio Telkom Seno Soemadji (kanan) dan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Arthur Angelo Syailendra (kiri) dalam suatu acara. ANTARA/Indra Arief Pribadi. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menilai entitas infrastruktur serat optik hasil spin-off, Infranexia, memiliki potensi menjadi motor pertumbuhan baru yang skalanya dapat menyamai Telkomsel. Hal tersebut disampaikan Direktur Strategic Business Development and Portfolio Telkom, Seno Soemadji, yang menjelaskan bahwa proses pemisahan Infranexia atau PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) ditargetkan rampung penuh pada 2026.

"Dengan carve out (pemisahan), nanti orang bisa melihat jelas. 'aset fiber kita berapa sih?'. Itulah yang akan terjadi fase 1 (spin off) pada Desember ini, dan fase 2 selesai semester I tahun depan," kata Seno di Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025.

"Kita ingin membesarkan Infranexia dan kita mengantisipasi Infranexia ini menjadi the next Telkomsel," ucapnya.

Infranexia merupakan bagian dari restrukturisasi Telkom dalam proses transformasinya menjadi perusahaan holding strategis. Melalui strategi tersebut, Telkom menata empat bisnis utama hingga 2030, yakni B2C melalui Telkomsel, B2B internasional melalui Telin, layanan B2B ICT untuk integrasi sistem dan IT, serta pilar B2B Infra yang menaungi Telkomsat, NeutraDC, Mitratel, neuCentrIX, dan kini Infranexia.

Pemecahan lini bisnis ini dilakukan untuk memperjelas batas antara fungsi strategis dan operasional. Telkom sebagai holding akan berfokus pada strategi dan pengawasan, sedangkan anak perusahaan akan menjalankan operasional harian. Dengan model ini, potensi peningkatan nilai (value unlock) aset digital Infranexia menjadi lebih besar.

Baca Juga: Telkom Raih Anugerah Bakti Nusantara 2025 di Bidang Penggerak Ekonomi

Seno menjelaskan bahwa dengan struktur sebelumnya, pasar sulit melihat nilai sesungguhnya aset serat optik Telkom karena pencatatannya masih berada di Telkom sementara operasional dikelola entitas lain. "Jadi, kita dengan kita membagi pilar itu tujuannya adalah yang holding itu dia hanya fokus terhadap strategi. Sementara pilar ini kita sebut sebagai operating companies," jelas Seno.

Menanggapi kemungkinan Infranexia melantai di bursa melalui IPO, Seno mengatakan fokus utama Telkom saat ini adalah menyelesaikan proses spin-off hingga semester I 2026 sebelum menetapkan strategi lanjutan. Ia menegaskan belum ada keputusan apakah Infranexia akan ditawarkan ke publik atau bekerja sama dengan mitra strategis. "Setelah itu, bentuknya apa, IPO atau partnership, belum kita tentukan," ujarnya.

Di kesempatan terpisah, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Arthur Angelo Syailendra, menyebutkan bahwa nilai aset Infranexia sebelum depresiasi (gross asset value/GAV) mencapai Rp130 triliun pada saat pembelian, sedangkan nilai buku bersih (net book value/NBV) setelah depresiasi diperkirakan berada pada kisaran Rp90 triliun. "Ini sendiri sesuatu yang bukanlah baru. Memang dari tahun 2023 sudah dipersiapkan. Tapi, begitu kita jalan, kita melihat ini adalah bisnis yang kompetensinya dan scale-nya paling masif," ujarnya.

 

(Sumber : Antara)

x|close