LKC Dompet Dhuafa Dorong Optimalisasi Pangan Lokal dan Peran Budaya untuk MPASI Bergizi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Nov 2025, 11:22
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Seminar Budaya Sehat Nusantara secara hybrid dengan mengangkat judul “Optimalisasi Bahan Pangan Lokal, MPASI Bergizi, untuk Tumbuh Kembang Anak” Seminar Budaya Sehat Nusantara secara hybrid dengan mengangkat judul “Optimalisasi Bahan Pangan Lokal, MPASI Bergizi, untuk Tumbuh Kembang Anak” (Dompet Dhuafa)

Ntvnews.id, Jakarta - Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa selenggarakan Seminar Budaya Sehat Nusantara secara hybrid dengan mengangkat judul “Optimalisasi Bahan Pangan Lokal, MPASI Bergizi, untuk Tumbuh Kembang Anak”. Acara ini diselenggarakan pada Rabu, 12 November 2025, bertempat di Sasana Budaya Rumah Kita Gedung Philanthropy, Jakarta Selatan.

Giat hari ini diikuti oleh para narasumber mulai dari dr. Ika Nurillah Satriana, IBCLC sebagai Dokter Umum & Konsultan Laktasi Internasional, dr. Hani Purnamasari MsiMed, SpA, IBCLC selaku Dokter Spesialis Anak & Konsultan Laktasi Internasional, Meyta Winduka Alexandriana A.Md.Gz selaku Ahli Gizi LKC Dompet Dhuafa dan drg. Martina Tirta Sari selaku Kepala LKC Dompet Dhuafa.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional masih berada di angka 19,8%. Yang memprihatinkan, kasus tertinggi justru ditemukan pada kelompok usia 24-35 bulan, yaitu fase dimana anak sepenuhnya bergantung pada Makanan Pendamping ASI (MPASI). Fakta ini mengonfirmasi bahwa kualitas MPASI memegang peran krusial dalam pencegahan stunting.

Ismail Agus Said selaku Direktur Program Kesehatan Dompet Dhuafa berharap, giat ini dapat mendorong peran ibu dan makanan dalam menumbuhkan bayi yang sehat. Tata kelola MPASI yang baik dan benar dapat melahirkan anak-anak tumbuh sehat dan berkembang.

Baca Juga: LKC Dompet Dhuafa Dorong Budaya Menyusui dalam Bingkai Kearifan Nusantara

Di sisi lain, Ahmad Juwaini selaku Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika mengatakan, “berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi stunting nasional di Indonesia pada tahun 2025 adalah sekitar 19.8%, dengan target penurunan menjadi 18.8% pada tahun 2025. Angka ini menunjukkan penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, namun terdapat disparitas yang tinggi antar daerah, dengan beberapa provinsi masih mencatat angka di atas 30%. Beberapa provinsi diatas angka nasional seperti di Papua Barat, Sulawesi Barat dan NTT paling tinggi. Banyak bayi-bayi di Indonesia belum mendapatkan gizi yang baik”.

Lebih lanjut Ahmad Juwaini, “Pemenuhan asi sangat penting bagi bangsa Indonesia. Setidaknya menyadarkan realita bangsa kita dan memperbaiki. Dompet Dhuafa sejak awal berdiri fokus pada gizi dan asi. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) terus mengembangkan budaya sehat Nusantara. Seminar ini mengingatkan makanan lokal dalam pemenuhan gizi. Di sebagian masyarakat kita banyak manfaatkan kearifan lokal seperti daun kelor, ati ayam yang dialuskan, bubur jagung”.

Ahmad berharap, “Budaya konsumsi dengan sumber daya yang kita miliki sebagai pemenuhan ketahanan pangan kita. Warisan nenek moyang diharapkan dapat dikuatkan dan dikembangkan dengan inovasi dan teknologi saat ini”.

Ilustrasi Pangan Lokal, <b>(Dompet Dhuafa)</b> Ilustrasi Pangan Lokal, (Dompet Dhuafa)

Partisipasi 80 peserta luring yang terdiri dari kader Posyandu, fasilitator, penanggungjawab program LKC Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, serta perwakilan dari organisasi masyarakat dan media. Secara daring, acara ini menjangkau 800 peserta melalui siaran langsung YouTube.

“Kader Pos Sehat adalah ujung tombak perubahan di masyarakat. Melalui seminar ini, kami berharap tidak hanya meningkatkan kapasitas kader, tetapi juga mendorong terciptanya resep dan produk MPASI berbahan lokal yang dapat langsung diterapkan di Posyandu,” jelas drg. Martina Tirta Sari.

Pada pola MPASI, menurut dr. Ika Nurillah Satriana mengatakan pola makan menjadi hal penting dalam pemenuhan MPASI, makan adalah proses tumbuh kembang anak, anak perlu belajar makan, bujuk dengan kasih sayang dan kesabaran. Kenalkan berbagai jenis makanan sedari dini pada bayi (6 bulan) agar bayi terbiasa menguyah dan mengenalkan ragam rasa makanan.

Di waktu yang sama dr. Hani Purnamasari mengatakan, “MPASI siap diberikan pada 6 bulan hingga 2 tahun, periode emas tumbuh kembang anak. Dalam pola MPASI harus dilakukan pemantauan, hal tersebut bertujuan untuk deteksi dini masalah gizi, memastikan intervensi cepat dan tepat, mengoptimalkan tumbuh kembang anak”.

“ Hal tersebut untuk mengurani dampak kekurangan gizi. Bilamana terjadi kekurangan gizi pada tumbuh kembang akan berdampak pada kekebalan tubuh rendah dan rentan penyakit, keterlambatan perkembangan otak dan kognitif, gangguan pertumbuhan, risiko penyakit kronis,” tambah dr. Hani Purnamasari.

LKC Dompet Dhuafa mengajak semua pihak untuk bersinergi mendampingi setiap keluarga dalam memantau tumbuh kembang anak dan mendorong penerapan MPASI yang bergizi dan berbasis bahan pangan lokal. Bersama, kita wujudkan anak Indonesia yang sehat, bebas stunting, menuju Indonesia Emas 2045.

x|close