Ntvnews.id, Jakarta - Realisasi investasi di RI pada triwulan III-2025 mencatatkan sejarah baru. Kontribusi investor lokal atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang porsinya lebih dari separuh dari total investasi, kali ini merupakan yang tertinggi dalam 18 tahun terakhir.
Seperti diumumkan oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada triwulan III-2025 mencapai Rp491,4 triliun, tumbuh 13,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year, yoy). Investasi tersebut mampu menyerap 696.478 tenaga kerja Indonesia.
“Kontribusi investor dalam negeri yang mencapai 56,86% terhadap total investasi, merupakan kado yang sangat menarik untuk satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Peran investor dalam negeri itu merupakan pencapaian tertinggi dalam 18 tahun terakhir,” ujar Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, dalam keterangannya, Minggu, 19 Oktober 2025.
Dari hasil risetnya, dalam dua dekade terakhir (2006-2025), kontribusi terbesar PMDN terjadi hanya tiga kali. Pertama, pada kuartal IV-2005 yang sebesar 59,04% dan kuartal II-2007, yakni 58,88%. Setelah itu, kuartal III-2025 yang mencapai 56,86% menjadi catatan sejarah baru dalam hampir dua dekade atau 18 tahun terakhir.
Perubahan tren investasi ini, kata Christiantoko, sangat menarik. Data tersebut menunjukkan bahwa para investor dalam negeri semakin bergairah dalam menanamkan modalnya, yang sekaligus menggambarkan terciptanya rasa aman dan nyaman dalam investasi. Perkembangan ini sangat baik, karena dapat mendorong penguatan fundamental ekonomi nasional.
Menurut dia, dengan mayoritas investasi berasal dari PMDN, maka perputaran modalnya akan ada di dalam negeri. “Modalnya ditanam di sini, kemudian belanjanya pun cenderung dilakukan juga di dalam negeri. Sehingga, yang terbang ke luar negeri semakin minim,” ujarnya.
Catatan lain yang menarik dari realisasi investasi kali ini, kata Christiantoko, adalah sebagian besar modal ditanamkan di luar Jawa. Menurut data BKPM, porsinya mencapai 54,09% atau senilai Rp256,8 triliun dari total realisasi investasi.
Karena itu, dia mengingatkan pemerintah agar terus menjaga iklim investasi dengan baik, karena penanaman modal merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian nasional, yang ditunjukkan melalui Produk Domestik Bruto (PDB). Saat ini, kontribusinya sekitar 29%, terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga.
“Kalau investasi bisa didorong hingga rata-rata di atas 30% per tahun, peluang ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5% akan sangat besar,” ungkapnya.
Dia memberikan gambaran pada India. Kontribusi investasi terhadap PDB India dalam 20 tahun terakhir (2004-2023) rata-rata 31,3% per tahun. Hasilnya, rata-rata pertumbuhan ekonomi negara tersebut mencapai 6,4% per tahun.
“China juga begitu. Dengan rata-rata investasi 41,9% terhadap PDB per tahun, ekonominya bisa tumbuh 8,2% per tahun,” paparnya.
Karena itu, penting bagi pemerintah untuk menjaga agar iklim investasi tetap positif. Upaya itu, antara lain dilakukan dengan menjaga stabilitas politik dan sosial, sehingga mendukung dunia usaha bisa ekspansi.
Selain itu, Christiantoko mengingatkan, jangan sampai perkembangan yang positif ini ternoda oleh lahirnya regulasi yang kontra-produktif. “Pada saat bersamaan, evaluasi terhadap kebijakan yang memberikan hambatan pada investasi juga perlu terus dilakukan,” tuturnya.
Sebagai contoh, katanya, kemudahan perizinan serta bebas hambatan investasi di daerah juga terus dipastikan. “Semakin besar hambatan atau semakin berbelit perizinan, maka biaya regulasi akan mahal dan berpengaruh pada efisiensi investasi,” ujarnya.
Intinya pemerintah harus memperbaiki Ease of Doing Business (EoDB) yang sebenarnya memiliki indikator-indikator yang terukur. Indikator tersebut, di antaranya adalah kemudahan perizinan dan ketersediaan energi bagi kelancaran produksi.