Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa penempatan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun di lima bank umum menimbulkan reaksi “panas-dingin” di kalangan perbankan yang tengah berupaya memenuhi target penyaluran kredit menjelang akhir tahun.
“Itu membuat banker agak panas-dingin juga, karena tadinya sudah agak tenang dengan situasi di akhir tahun, namun dipacu dengan adanya tambahan dana Rp200 triliun di market,” ujar Airlangga saat berbicara dalam acara Wealth Wisdom 2025 yang digelar oleh Permata Bank di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, langkah pemerintah menempatkan dana tersebut akan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Dengan meningkatnya likuiditas, diharapkan biaya dana atau cost of fund (CoF) dapat turun, persaingan antarbank menjadi lebih terkendali, dan pada akhirnya mendorong penurunan suku bunga kredit bagi masyarakat.
Pemerintah menyalurkan dana Rp200 triliun itu ke lima bank besar, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Mandiri—masing-masing menerima Rp55 triliun—serta Bank Tabungan Negara (BTN) sebesar Rp25 triliun dan Bank Syariah Indonesia (BSI) senilai Rp10 triliun.
Baca Juga: Airlangga: Penutupan Pemerintah AS Hambat Negosiasi Tarif dengan Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Airlangga juga menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional, selain melalui program lain seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan atau Kredit Program Perumahan (KPP). Program tersebut ditujukan bagi pelaku UMKM di sektor perumahan, baik dari sisi penyediaan rumah (supply side) maupun permintaan (demand side).
Airlangga menuturkan bahwa pemerintah telah menyiapkan total anggaran Rp130 triliun untuk program tersebut. “Jadi angka yang kita siapkan untuk KUR perumahan ini Rp130 triliun. Dari segi supply side, kredit ini bisa mencapai plafon sampai dengan Rp20 miliar. Sehingga ini untuk UMKM yang bergerak di bidang konstruksi itu bisa menyediakan perumahan rakyat,” kata Airlangga.
Ia juga berharap pihak perbankan, termasuk Permata Bank, dapat memanfaatkan skema Kredit Program Perumahan tersebut, karena pemerintah telah menanggung subsidi bunga untuk mendukung penyalurannya.
Berdasarkan skema yang dijelaskan, pemerintah memberikan subsidi bunga sebesar 5 persen efektif per tahun bagi penyedia perumahan. Sementara untuk sisi permintaan, pemerintah menanggung subsidi bunga 10 persen bagi debitur dengan plafon kredit Rp10 juta hingga Rp100 juta, serta 5,5 persen untuk debitur dengan plafon Rp100 juta hingga Rp500 juta.
Baca Juga: Airlangga Pede Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Tercapai Lewat Paket Stimulus
“Jadi kalau Permata Bank memberikan kredit berapapun, pemerintah subsidi 5 persen. Sehingga masyarakat bisa menerima manfaatnya. Ini untuk mendorong program pemerintah untuk menyediakan 3 juta rumah. Dari KUR saja bisa dibangun sekitar 320 ribu perumahan untuk tipe rumah yang paling kecil,” tutur Airlangga.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus berkomitmen menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kebijakan fiskal yang hati-hati. Menurutnya, defisit anggaran tetap dijaga di bawah 3 persen, sementara rasio utang juga terus dikendalikan agar tetap sehat.
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, Airlangga memaparkan sejumlah strategi utama seperti peningkatan investasi infrastruktur, penguatan hilirisasi berkelanjutan guna menciptakan nilai tambah, serta pemberdayaan sektor riil dan percepatan digitalisasi UMKM.
“Di tengah ketidakpastian global, resiliensi Indonesia tinggi. Kita tetap tumbuh, kita berinovasi, dan Indonesia memimpin di global dengan pekerjaan rumah yang terjaga. Ini membuat Indonesia diapresiasi oleh berbagai pemimpin negara lain. Dengan fondasi kokoh, mari kita terus membangun,” ujar Airlangga.
(Sumber : Antara)