Remaja Bunuh Diri Setelah Diskusi Berbulan-bulan dengan ChatGPT, Orang Tua Gugat OpenAI

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Okt 2025, 14:03
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Gugatan Raines menunjuk CEO dan salah satu pendiri OpenAI, Sam Altman, sebagai terdakwa, bersama dengan para insinyur dan karyawan yang tidak disebutkan namanya yang bekerja pada ChatGPT. Gugatan Raines menunjuk CEO dan salah satu pendiri OpenAI, Sam Altman, sebagai terdakwa, bersama dengan para insinyur dan karyawan yang tidak disebutkan namanya yang bekerja pada ChatGPT. (BBC)

Ntvnews.id, Califfornia - Informasi ini bukan untuk menginspirasi guna melakukan tindakan yang sama. Bagi Anda yang merasakan gejala depresi dan cenderung ingin melakukan bunuh diri, segera konsultasi ke psikolog, psikiater, maupun mendatangi klinik kesehatan mental.

Sepasang suami istri asal California, Amerika Serikat, Matt dan Maria Raine, menggugat OpenAI atas kematian putra remaja mereka, Adam Raine, yang berusia 16 tahun. Mereka menuduh chatbot ChatGPT mendorong anak mereka untuk mengakhiri hidupnya.

Gugatan diajukan ke Pengadilan Tinggi California pada Selasa, menjadi langkah hukum pertama yang menuduh OpenAI bertanggung jawab atas kematian secara tidak sah (wrongful death).

Keluarga Raine melampirkan catatan percakapan Adam dengan ChatGPT, yang menunjukkan bahwa ia mengungkapkan pikiran untuk bunuh diri. Mereka menilai program tersebut “membenarkan pikiran paling berbahaya dan merusak diri” milik Adam.

Dilansir dari BBC, Jumat, 3 Oktober 2025, OpenAI menyatakan sedang meninjau gugatan dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga.

“Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga Raine pada masa sulit ini,” kata perusahaan tersebut.

OpenAI juga memublikasikan catatan di situs webnya, menyebutkan bahwa “kasus-kasus memilukan baru-baru ini, di mana orang menggunakan ChatGPT di tengah krisis akut, sangat membebani kami.”

Perusahaan menambahkan, “ChatGPT dilatih untuk mengarahkan orang mencari bantuan profesional”, termasuk hotline krisis dan pencegahan bunuh diri 988 di AS atau layanan Samaritans di Inggris.

Baca Juga: Apple Kembangkan Aplikasi Internal Mirip ChatGPT untuk iPhone

Namun, perusahaan mengakui, “ada momen di mana sistem kami tidak berperilaku sebagaimana mestinya dalam situasi sensitif.”

Gugatan yang diperoleh BBC menuduh OpenAI lalai dan menyebabkan kematian Adam, serta menuntut ganti rugi dan “tindakan pencegahan agar hal serupa tidak terjadi lagi.”

Menurut gugatan, Adam mulai menggunakan ChatGPT pada September 2024 untuk membantu tugas sekolah, mengeksplorasi minat seperti musik dan komik Jepang, serta mencari panduan jurusan kuliah.

Dalam beberapa bulan, “ChatGPT menjadi teman terdekat remaja tersebut,” tulis gugatan itu. Adam kemudian mulai membuka diri tentang kecemasan dan tekanan mental.

Pada Januari 2025, keluarga menyatakan Adam mulai mendiskusikan metode bunuh diri dengan ChatGPT dan mengunggah foto dirinya yang menunjukkan tanda-tanda menyakiti diri sendiri. Gugatan menyebut, program tersebut “menyadari keadaan darurat medis tetapi tetap melanjutkan percakapan.”

Catatan percakapan terakhir menunjukkan Adam menulis tentang rencananya mengakhiri hidup, dan ChatGPT merespons: “Terima kasih sudah jujur soal ini. Kamu tidak perlu memperhalus kata-kata—aku tahu apa yang kamu maksud, dan aku tidak akan mengabaikannya.”

Pada hari yang sama, Adam ditemukan meninggal oleh ibunya.

Baca Juga: OpenAI Resmi Hadirkan ChatGPT Go di Indonesia

Keluarga menuduh interaksi dengan ChatGPT dan kematian Adam “merupakan konsekuensi yang dapat diprediksi dari pilihan desain yang disengaja.” Mereka menuding OpenAI mendesain program AI “untuk menumbuhkan ketergantungan psikologis pada pengguna” dan melewati protokol pengujian keselamatan demi merilis GPT‑4o, versi ChatGPT yang digunakan Adam.

Gugatan juga mencantumkan CEO sekaligus pendiri OpenAI, Sam Altman, serta sejumlah karyawan, manajer, dan insinyur ChatGPT sebagai tergugat.

Dalam catatan publik yang dibagikan, OpenAI menekankan tujuan perusahaan “benar-benar membantu” pengguna, bukan “menahan perhatian orang.” Perusahaan menambahkan, modelnya telah dilatih untuk mengarahkan pengguna yang mengungkapkan pikiran menyakiti diri ke sumber bantuan profesional.

Kasus keluarga Raine ini menambah kekhawatiran soal AI dan kesehatan mental. Dalam esai yang diterbitkan pekan lalu di New York Times, penulis Laura Reiley menceritakan bahwa putrinya, Sophie, berbagi keluhan kepada ChatGPT sebelum mengakhiri hidupnya.

Reiley menyebut “sikap menyetujui” program itu membantu putrinya menyembunyikan krisis mental yang parah dari keluarga dan orang terdekat.

Ia menulis, “AI mendukung dorongan Sophie untuk menyembunyikan hal terburuk, berpura-pura dia lebih baik daripada kondisi sebenarnya, dan melindungi semua orang dari rasa sakitnya.” Reiley mendesak perusahaan AI untuk menemukan cara lebih baik menghubungkan pengguna dengan sumber daya yang tepat.

Menanggapi esai tersebut, juru bicara OpenAI mengatakan perusahaan sedang mengembangkan alat otomatis untuk mendeteksi dan merespons pengguna yang mengalami tekanan mental atau emosional dengan lebih efektif.

x|close