Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy menyampaikan potensi filantropi di Indonesia mencapai lebih dari Rp600 triliun.
Adapun sumber filantropis berdasarkan perhitungan dari Bappenas berbasis keagamaan seperti dari zakat, wakaf, para donatur dari agama selain Islam hingga perusahaan-perusahaan yang menghimpun dana filantropi, yang diperkirakan potensi filantropi di Indonesia lebih dari Rp600 triliun.
"Kalau ini bisa dimulai dan dilanjutkan oleh para filantropis yang berkumpul di sini, maka ini akan menjadi ladang amal kita ke depan," ucap Rachmat Pambudy, Jakarta, Senin 4 Agustus 2025.
Selama ini, para filantropis di Indonesia maupun global disebut telah berkontribusi dalam pembangunan dengan cara mereka sendiri.
Baca juga: NT Corp dan Nusantara TV Audiensi dengan Bappenas, Bahas Dukungan Hilirisasi
Nusantara TV bersama jajaran direksi NT Corp menggelar audiensi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada Rabu pagi 17 Juli 2025 di Gedung Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat.
Rachmat Pambudy mejelaskan filantropis perempuan yang bernama Fatima al Fihri, membangun universitas pertama di Afrika Utara, tepatnya di negara Maroko.
Hal tersebut menjadi pedoman bagi tumbuh kembang perguruan tinggi di daratan Eropa maupun Amerika yang juga berkat dukungan para filantropis.
Rachmat juga menerangkan bahwa dirinya berkembang karena filantropis saat dulu menempuh pendidikan di Persatuan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD) yang dimiliki oleh filantropis.
Sekolah lainnya seperti Al-Izhar hingga perguruan tinggi Prasetiya Mulya turut didirikan oleh para filantropis.
“Sebenarnya filantropis Indonesia juga sudah membangun dirinya dan membangun untuk Indonesia..Kalau para filantropis bisa membangun negerinya, maka ini adalah langkah awal kita untuk membangun Indonesia yang lebih berkelanjutan,” ungkap Kepala Bappenas.
Konsolidasi para filantropis yang membangun kesadaran dan kekuatan dengan semangat keswadayaan untuk memberikan dampak positif lebih luas dianggap menjadi awal dari pembangunan nasional.
Baca juga: Anggaran Kementerian PPN/Bappenas Setelah Efisiensi Jadi Rp968,05 Miliar
“Jadi filantropis adalah bagaimana manusia mencintai sesamanya. Kalau manusia mencintai sesamanya berhimpun untuk mencintai sesamanya, maka ini adalah langkah awal yang baik untuk membangun sebuah kemanusiaan, membangun kemasyarakatan, dan juga membangun bangsa dan negara kita Indonesia,” kata Rachmat Pambudy.
“Benar pemerintah itu bisa memberikan arah, bisa membuat regulasi, bisa membuat peraturan dan undang-undang, tetapi ini harus ada kesadaran dari para masyarakatnya sendiri. Masyarakat sendiri harus menyadari bahwa pembangunan itu adalah untuk kita semua, untuk mencintai sesama (filantropis), baru ada kesadaran,” tandasnya. (Sumber:Antara)