IHSG Dibuka Menguat, Rupiah Melemah di Rp16.387 per Dolar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Jul 2025, 10:50
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). (ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/tom)


Ntvnews.id
, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa 29 Juli 2025 diperkirakan bergerak melemah di tengah pelaku pasar bersikap "wait and see" terhadap pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed.

Dikutip dari Antara, IHSG dibuka menguat 11,02 poin atau 0,14 persen ke posisi 7.625,79.

Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 0,54 poin atau 0,07 persen ke posisi 803,76.

"IHSG berpotensi membentuk pola shooting star, yang didukung oleh meningkatnya volume jual di area overbought. Hal ini menunjukkan tekanan jual mulai muncul, namun belum ada indikasi reversal dan belum mengubah tren bullish. Adanya gap down di sekitar level 7.550 sampai 7.568, membuat IHSG rentan pullback jangka pendek pada kisaran level 7.550 sampai 7.600 di tengah kondisi yang overbought,” ujar Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya.

Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Lagi, Segram Jadi Rp1.906.000

Dari mancanegara, pelaku pasar fokus terhadap pertemuan FOMC Meeting bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed pada 29 dan 30 Juli 2025 pekan ini.

Selain itu, pelaku pasar fokus terhadap earning season, perkembangan data ekonomi, serta pertemuan terkait kesepakatan dagang antara AS dan China.

Meskipun pasar sudah mengantisipasi The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan ini, namun pasar akan mencari indikasi potensi penurunan suku bunga acuan The Fed pada September 2025 mendatang.

Di sisi lain, pelaku pasar juga akan mencermati laporan pasar tenaga kerja Juli 2025 pada Jumat (01/08), yang diprediksikan ada penurunan penyerapan tenaga kerja.

Pada Jumat (01/08), juga merupakan batas waktu yang ditetapkan oleh Presiden Trump kepada mitra dagang AS untuk mulai membayar tarif.

Pada Senin (28/7), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kemungkinan akan menerapkan tarif menyeluruh antara 15 persen dan 20 persen pada impor ke AS dari negara-negara yang belum merundingkan perjanjian perdagangan terpisah.

Dari AS, pelaku pasar akan menantikan data S&P atau Case-Shiller Home Price bulan Mei 2025 yang diperkirakan sebesar 2,9 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 3,4 persen (yoy) di April 2025.

Sementara itu, data JOLTs Openings bulan Juni 2025 diperkirakan turun menjadi 7,35 juta dari 7,76 juta di Mei 2025.

Baca juga: BRI Gelar Lagi Pelatihan Ekspor untuk UMKM, Dorong Daya Saing di Pasar Global

Pada perdagangan Senin (28/07), bursa saham Eropa ditutup melemah, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 0,28 persen, indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,43 persen, indeks DAX Jerman turun 1,02 persen, serta indeks CAC Prancis naik tipis 0,43 persen.

Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street ditutup variatif pada Senin (28/07), diantaranya indeks S&P 500 naik 0,02 persen ditutup di 6.389,77, indeks Dow Jones Industrial Average turun 64,36 poin atau 0,14 persen menjadi 44.837,56, dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,33 persen ditutup di 21.178,58.

Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 245,27 poin atau 0,63 persen ke 40.746,50, indeks Shanghai melemah 7,61 poin atau 0,21 persen ke 3.589,87, indeks Hang Seng turun 295,63 poin atau 1,17 persen ke 25.264,55, dan indeks Strait Times melemah 7,73 poin atau 0,18 persen ke 4.233,45.

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa pagi (29/7) di Jakarta melemah sebesar 23 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.387 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.364 per dolar AS.

x|close