Ntvnews.id,
Ia menyoroti bahwa berbagai gangguan kesehatan yang muncul di kalangan anak usia sekolah umumnya berasal dari makanan yang mereka konsumsi setiap hari. Menurutnya, hal tersebut memiliki dampak jangka panjang terhadap tingkat kebugaran dan tumbuh kembang anak.
"Program Cek Kesehatan Gratis ini sebagai usaha dari Bapak Presiden bersama berbagai pihak, termasuk Kemendikdasmen sebagai mitra untuk membangun kebiasaan hidup yang sehat dengan pemeriksaan kesehatan sejak dini. Hal ini dikarenakan masalah-masalah kesehatan yang ada di kalangan anak-anak itu sebagian besar berasal dari makanan yang dikonsumsi,” kata Mendikdasmen Mu'ti usai meninjau pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis Sekolah di SDN Cideng 02, Jakarta Pusat pada Senin, 4 Agustus 2025.
Melalui pemeriksaan yang mencakup kondisi gigi, mata, telinga, hingga kesehatan mental, Mu'ti menilai bahwa sekolah dan orang tua dapat lebih mudah mengevaluasi makanan yang dikonsumsi anak-anak, baik di rumah maupun saat berada di sekolah.
Ia menambahkan bahwa hasil dari skrining ini dapat menjadi dasar untuk melakukan langkah-langkah perbaikan kesehatan secara dini. Intervensi ini bisa berupa edukasi gizi, pembinaan kebiasaan hidup sehat, hingga rekomendasi lanjutan untuk pemeriksaan kesehatan yang lebih menyeluruh.
“Anak-anak ini kadang-kadang kan belum memahami bagaimana kebiasaan hidup yang sehat dan makanan yang sehat. Oleh karena itu melalui CKG juga, kami sejak dini memberikan pengetahuan mana makanan-makanan yang sehat dan tidak sehat, termasuk nantinya melalui pendampingan dari orang tua di rumah,” imbuhnya.
Mu’ti berharap tindak lanjut dari program ini tidak hanya memperbaiki kebugaran fisik siswa, tetapi juga meningkatkan kualitas pembelajaran mereka.
Sebagai tambahan informasi, pelaksanaan perdana program CKG telah resmi dimulai dengan kegiatan pemantauan langsung di 12 sekolah yang menjadi lokasi kick-off.
Delapan jenis pemeriksaan dilakukan dalam program ini, yakni skrining gigi, telinga, mata, kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi, kebugaran jasmani, risiko Thalasemia dan Diabetes Melitus (DM), serta risiko Tuberculosis (TB) dan kusta.
(Sumber: Antara)