Ntvnews.id, Jakarta - Nissan menghadapi tantangan berat pada 2024. Namun, perusahaan otomotif asal Jepang ini tak tinggal diam.
Dalam upaya membalikkan keadaan, Nissan tak hanya merilis model-model baru dan versi penyegaran, tetapi juga membuka peluang kerja sama dengan sejumlah merek besar, termasuk beberapa pesaing utamanya seperti Ford dan Stellantis.
Laporan terbaru menyebutkan SUV kompak Nissan Rogue berpotensi menjadi platform utama dalam kerja sama ini.
Melansir Carscoops, Kamis (9/10/2025), Nissan Rogue dilengkapi teknologi e-Power, sistem hybrid yang mengandalkan mesin bensin untuk mengisi baterai dan menjalankan motor listrik, bukan langsung menggerakkan roda.
Kendaraan hasil kolaborasi ini diperkirakan akan diproduksi di pabrik Nissan di Smyrna, Tennessee, bersamaan dengan produksi Rogue.
Meski e-Power sudah lebih dulu tersedia di Jepang dan Eropa, peluncuran perdana di pasar Amerika Serikat (AS) dijadwalkan pada akhir 2026.
Teknologi ini diklaim mampu meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga 15 persen di jalan raya, dibandingkan model Rogue generasi sebelumnya.
Angka efisiensi tersebut, ditambah kapasitas produksi dalam negeri AS, membuat teknologi ini menarik bagi perusahaan-perusahaan seperti Ford dan Stellantis.
Baca Juga: Nissan Leaf Hadapi Pemangkasan Produksi Sebelum Sempat Mengaspal di Pasaran
Bahkan jika kolaborasi ini tidak menghasilkan kendaraan dengan logo Nissan, perjanjian manufaktur tetap bisa terjadi.
Brian Brockman, juru bicara Nissan, mengonfirmasi pihaknya sedang "menjajaki opsi untuk memproduksi kendaraan dan powertrain secara lokal guna menjawab permintaan kendaraan hybrid yang meningkat".
Meski demikian, belum ada kesepakatan resmi yang diumumkan. Tak hanya Ford dan Stellantis, Mitsubishi juga disebut-sebut sebagai calon mitra.
Produsen ini dilaporkan tertarik menggunakan mesin e-Power untuk model Outlander generasi berikutnya.
Bahkan perusahaan teknologi seperti Foxconn, yang dikenal sebagai mitra produksi Apple, dikabarkan bisa ikut terlibat sebagai produsen kontrak.
Jika kerja sama ini benar-benar terwujud, Nissan berpotensi mengamankan dua hingga tiga kontrak besar yang bisa memperkuat posisinya di pasar hybrid.
Hal ini menjadi sebuah langkah penting setelah tertinggal cukup jauh dalam transisi ke kendaraan listrik, meskipun sempat memimpin lewat peluncuran Leaf.
Seperti dikatakan analis dari AutoForecast Solutions, Sam Fiorani, "Mereka tak bisa lagi menunda untuk segera kembali bersaing".