Ntvnews.id, Jakarta - Keputusan Komisi Disiplin (Komdis) BRI Super League yang menjatuhkan larangan bermain tiga pertandingan kepada pemain Malut United sekaligus penggawa Timnas Indonesia, Yakob Sayuri, mendapat sorotan tajam dari kelompok suporter klub tersebut.
Ketua Salawaku atau kelompok suporter Malut United, Iksan Do Yasin, menilai keputusan Komdis terburu-buru dan tidak melalui pemeriksaan menyeluruh.
Ia menyebut Yakob Sayuri justru menjadi korban provokasi dan dugaan tindakan rasis yang dilakukan seorang individu tak beridentitas, namun malah menjadi pihak yang paling dirugikan.
View this post on Instagram
Menurut Salawaku, sanksi itu dianggap tidak adil, tidak mencerminkan rasa keadilan, serta dicurigai mengandung kepentingan tertentu. “Komdis harus menerima informasi yang jelas, tidak boleh hanya sepihak. Yang paling dirugikan adalah Yakob Sayuri dan Malut United,” ujar Iksan di Ternate, dilansir Antara,
Insiden yang memicu sanksi tersebut terjadi seusai laga Persita Tangerang vs Malut United pada pekan ke-13 Super League di Stadion Indomilk Arena, Minggu 23 November 2025 lalu.
Keributan bermula ketika seorang individu yang mengaku wartawan tiba-tiba memasuki area tunnel yang seharusnya steril untuk pemain dan ofisial. Meski mengenakan ID card, kartu tersebut diduga tidak resmi dan tidak sesuai standar keamanan.
Baca Juga: Conte Buka Suara Kemenangan Napoli Atas Juventus
Individu itu disebut sempat merekam pemain Malut United dan memicu provokasi. Yakob Sayuri kemudian menegur dan meminta orang tersebut meninggalkan area terlarang, namun teguran itu justru memicu adu mulut. Menurut Salawaku, individu itu bahkan mengeluarkan ujaran bernada rasis terhadap Yakob.
Situasi semakin memanas ketika beberapa ofisial Persita yang juga tidak mengenakan ID card resmi ikut masuk ke area tunnel, memperkeruh keadaan.
Yakob Sayuri dan kembarannya, Yance Sayuri bergabung ke Malut United (dok PSSI)
“Akses tanpa kontrol membuat area steril menjadi semrawut. Inilah akar keributan karena tidak ada pengendalian akses,” kata Iksan.
Sekretaris Jenderal Salawaku, Nyong Barakati, menilai Komdis gagal mempertimbangkan konteks kejadian secara objektif. Ia menegaskan Yakob adalah korban utama dalam peristiwa tersebut.
“Ia menerima ucapan rasis dari oknum tak beridentitas, sesuatu yang sama sekali tidak boleh terjadi di sepak bola profesional,” tegasnya.
Yang disayangkan, pelaku dugaan tindakan rasis tidak dikenai sanksi, sementara Yakob dijatuhi hukuman berat dan Malut United bahkan tidak mendapat kesempatan mengajukan banding.
“Ini sangat tidak adil bagi Yakob Sayuri, pemain yang selalu total untuk klub dan negara, tetapi justru menerima konsekuensi paling keras,” lanjut Nyong.
Salawaku menilai keputusan Komdis merugikan tidak hanya bagi Yakob pribadi, tetapi juga performa tim yang kini bersaing di papan tengah liga. Mereka berharap Komdis dapat meninjau kembali putusannya secara objektif dan transparan.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Komisi Disiplin belum memberikan tanggapan atas kritik suporter maupun dugaan provokasi dan tindakan rasis dalam insiden tersebut.
Pemain Timnas Indonesia, Yakob Sayuri. (Instagram)