Menteri Bahlil: Longsor di Tambang Freeport Pengaruhi Pasokan Emas untuk Antam

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Okt 2025, 16:14
thumbnail-author
Muhammad Fikri
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi sambutan dalam penandatanganan nota kesepahaman di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (14/10/2025). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi sambutan dalam penandatanganan nota kesepahaman di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (14/10/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menilai longsor di tambang bawah tanah Freeport, Grasberg Block Cave (GBC), berdampak pada pasokan emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang bergantung pada hasil produksi Freeport.

Menteri Bahlil mengatakan bahwa saat ini pemerintah tengah melakukan evaluasi menyeluruh terkait dampak kejadian tersebut terhadap rantai pasok emas nasional.

“Sekarang ini kami lagi melakukan evaluasi total. Jadi, produksi konsentrat di Freeport belum dilakukan secara maksimal, maka dengan demikian pasti mengalami kekurangan pasokan,” ujar Bahlil setelah penandatanganan nota kesepahaman di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Selasa, 14 Oktober 2025.

Baca Juga: Menteri Bahlil akan Hadiri Pertemuan Menteri Energi ASEAN ke-43 di Kuala Lumpur

Saat ini, Antam telah menjalin kerja sama dengan PT Freeport Indonesia untuk pembelian sebanyak 30 ton emas. Kerja sama tersebut dilakukan guna memenuhi meningkatnya permintaan emas dari masyarakat.

Tambang emas milik Antam di Pongkor, Jawa Barat, hanya mampu memproduksi sekitar 1 ton emas per tahun. Sementara itu, realisasi penjualan emas Antam pada tahun 2024 mencapai 43 ton, dengan target penjualan tahun ini sebesar 45 ton.

Di sisi lain, longsor di tambang bawah tanah Freeport membuat smelter perusahaan tersebut kekurangan pasokan konsentrat untuk dimurnikan. Proses pemurnian inilah yang nantinya menghasilkan emas.

“Memang sekarang ini adalah refinery emas kita itu kan di Freeport. Kalau 3 juta konsentrat (tembaga) yang diolah oleh smelter, itu menghasilkan 50 sampai 60 ton emas,” ujar Bahlil.

Baca Juga: Rektor IPB University Jadi Pembicara Kunci pada Konferensi ASEAN-China Center di Henan Tiongkok

Untuk mengatasi kondisi ini, Bahlil bersama Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno akan membahas langkah-langkah strategis agar kebutuhan emas Antam tetap terpenuhi.

“Kami lagi membahas dengan Dirjen Minerba langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk kemudian bisa mengoptimalkan kebutuhan daripada Antam terhadap emas itu sendiri,” tambahnya.

Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR di Senayan, Jakarta, Senin, 29 September 2025 Direktur Utama Antam Achmad Ardianto mengungkapkan bahwa ketimpangan antara produksi dan permintaan membuat Antam harus mengimpor sekitar 30 ton emas dari Singapura dan Australia.

Ardianto juga mengusulkan adanya regulasi yang mewajibkan perusahaan tambang untuk menjual hasil tambang emasnya kepada Antam. Menurutnya, Antam kerap menemui kendala ketika mengajukan penawaran pembelian emas kepada perusahaan-perusahaan pemurni emas.

Baca Juga: Purbaya: Ekonomi Global Mulai Membaik Meski Ketidakpastian Masih Tinggi

Penawaran tersebut jarang mencapai kesepakatan karena terbentur masalah pajak serta belum adanya kewajiban bagi perusahaan tambang untuk menjual emasnya ke Antam.

“Sebagian (perusahaan tambang) menjual ke perusahaan perhiasan, tetapi ada juga yang diekspor, karena memang peraturannya tidak meng-encourage orang untuk jual (emas) di dalam negeri,” kata Ardianto.

(Sumber: Antara)

 
 
 
x|close