Erdogan: Pembantaian di Gaza Terus Berlanjut, Tapi Masih Tetap Diam

Ntvnews.id, New York - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali mengecam keras perang yang terus digencarkan Israel di Jalur Gaza. Ia menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki hati nurani bisa menerima ataupun berdiam diri menyaksikan genosida yang dilakukan Tel Aviv terhadap rakyat Palestina.

Selain itu, Erdogan juga memberikan apresiasi terhadap langkah sejumlah negara, termasuk anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang baru-baru ini secara resmi mengakui negara Palestina.

Dilansir dari TRT World, Rabu, 24 September 2025, pernyataan tersebut disampaikan Erdogan saat berpidato dalam konferensi internasional tingkat tinggi tentang Palestina dan implementasi solusi dua negara, yang berlangsung di sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Baca Juga: Singgung Soal Palestina di Sidang PBB, Prabowo: Bisakah Kita Tetap Diam?

"Pembantaian di Gaza terus berlanjut dengan kekuatan penuh. Tidak seorang pun yang mendengarkan hati nuraninya dapat menerima apa yang terjadi, apalagi tetap diam dalam menghadapi genosida semacam itu," ucap Erdogan dalam pidatonya pada Senin, 22 September 2025 waktu setempat.

Menyoroti semakin besarnya perhatian dunia terhadap isu Palestina, Erdogan menegaskan: "Kenyataannya adalah bahwa saat ini perjuangan Palestina telah menjadi perjuangan bagi seluruh dunia."

Baca Juga: Di Sidang Umum PBB, Trump Minta Eropa Bertindak dan Kritik Keras Program Nuklir Iran

Dalam kesempatan yang sama, Erdogan juga memuji keputusan sejumlah negara Barat, seperti Inggris, Kanada, Australia, Portugal, dan Prancis, yang resmi mengakui Palestina. Ia menyebut pengakuan tersebut sebagai "tonggak penting" dalam mewujudkan solusi dua negara dan menilainya sebagai "keputusan yang cukup penting, keputusan bersejarah."

"Saya mengucapkan selamat kepada negara-negara yang telah memutuskan untuk mengakui negara Palestina. Saya berharap langkah ini dan inisiatif serupa akan mempercepat terwujudnya solusi dua negara," kata Erdogan menegaskan.