CTRL+J APAC 2025: Dorong Kolaborasi Negara Global South Hadapi Tantangan Jurnalisme di Era AI

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 31 Jul 2025, 17:24
thumbnail-author
Muhammad Fikri
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Hari ketiga CTRL+J APAC 2025. Kamis, 31 Juli 2025. Hari ketiga CTRL+J APAC 2025. Kamis, 31 Juli 2025. (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Konferensi regional CTRL+J APAC 2025 yang digagas oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan International Fund for Public Interest Media (IFPIM) telah rampung digelar selama tiga hari, dari 22 hingga 24 Juli 2025, di Hotel Le Meridien, Jakarta.

Kegiatan ini difokuskan pada upaya memperkuat kemitraan lintas negara di kawasan Asia-Pasifik, serta memperluas jejaring negara-negara Global South, dalam merumuskan standar jurnalisme yang adaptif terhadap kemajuan teknologi, khususnya di era kecerdasan buatan (AI).

Konferensi ini menghadirkan beragam partisipan, termasuk jurnalis, akademisi, pelaku teknologi, hingga penggiat media dari berbagai negara. Selama tiga hari pelaksanaan, berbagai diskusi panel digelar, menyajikan tema-tema khusus yang dirancang untuk merespons perubahan fundamental dalam praktik jurnalisme akibat kemunculan teknologi AI.

Salah satu fokus utama dari sesi-sesi diskusi adalah pentingnya kolaborasi negara-negara di Global South—seperti Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin—yang memiliki kemiripan dalam ekosistem informasi. Para peserta diarahkan untuk membentuk kelompok diskusi yang bertujuan mengidentifikasi kesamaan tantangan, serta mencari cara memperkuat jaringan antarnegara demi membangun sistem informasi yang lebih tangguh dan berdaya saing.

Baca Juga: AMSI Sambut Positif Peluncuran Google News Showcase, Dorong Platform Digital Lain Ikut Berkontribusi

Dalam sesi presentasi, peserta menyampaikan sejumlah solusi yang menyoroti bagaimana menghadapi tantangan AI dalam jurnalisme, termasuk meningkatkan kapasitas penerbit di negara berkembang melalui pemanfaatan teknologi digital. Diskusi juga menyoroti keterbatasan pemahaman teknologi di kalangan jurnalis, terutama soal AI, serta ketimpangan akses terhadap internet dan sumber berita yang kredibel—tantangan besar yang masih dihadapi negara dengan kesenjangan sosial-ekonomi signifikan.

Peserta konferensi sepakat bahwa akses terhadap internet berkualitas dan informasi digital yang tepercaya merupakan hal mendasar untuk mengurangi risiko penyebaran disinformasi, propaganda, dan hoaks. Selain itu, dari sejumlah studi yang dibahas, muncul dorongan untuk merumuskan model bisnis yang spesifik agar dapat meningkatkan kesejahteraan jurnalis serta menjaga keberlangsungan organisasi media secara finansial maupun operasional.

Isu regulasi juga menjadi sorotan penting. Peserta mendorong para regulator dan pemerintah untuk memahami secara mendalam dampak AI terhadap dunia jurnalisme dan segera merancang regulasi yang melindungi jurnalisme sebagai barang publik. Ditekankan pula perlunya membangun platform teknologi yang dikembangkan secara lokal, guna menjadi laboratorium digital bagi negara-negara Global South untuk berinovasi serta melahirkan teknologi baru yang sesuai kebutuhan industri media.

Baca Juga: Presiden NT Corp Nurdin Tampubolon: Pemimpin Berjiwa Entrepreneur Kunci Daya Saing di Era AI

Tujuan jangka panjang dari inisiatif ini adalah memastikan media yang memproduksi konten berkualitas dapat bebas dari intervensi eksternal, sekaligus memperluas jaringan kolaborasi antarnegara demi menjaga semangat dan ketahanan gerakan media Global South.

Poin-poin penting yang muncul pada akhir konferensi juga menyangkut perlindungan terhadap konten dari eksploitasi oleh bot AI, pencarian model bisnis yang berkelanjutan, pemetaan perusahaan teknologi yang relevan sebagai mitra strategis media, serta penguatan tata kelola AI yang dapat memberikan manfaat langsung bagi media lokal.

Dalam penutupan konferensi, Pengurus Nasional AMSI, Arkka Dhiratara, menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak yang telah terlibat.

“Diskusi panel dengan beragam tema telah memantik sharing knowledge dan informasi, serta sharing pengalaman yang berharga dari negara-negara yang berpartisipasi. Khusus bagi anggota AMSI sendiri, konferensi ini telah membuka perspektif yang lebih luas terkait AI dan bagaimana membangun networking di antara negara-negara Global South," terang Arkka Dhiratara dalam keterangannya, Kamis, 31 Juli 2025.

Baca Juga: Hari Kedua CTRL+J APAC 2025 Soroti Peran AI, Bahasa Lokal, dan Keadilan Data dalam Jurnalisme

Ketua AJI Indonesia, Nany Afrida, turut menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusi semua peserta.

“Saya percaya bahwa informasi yang berkualitas itu mahal dan langka, terlebih di era AI. Karena itu, peran jurnalis menjadi makin menonjol dibandingkan era sebelumnya. Inilah alasan mengapa menjaga kepercayaan terhadap profesi jurnalis masih relevan hingga kini,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa AI adalah tantangan yang tak hanya dihadapi Asia, tetapi juga wilayah Global South secara keseluruhan.

Director Asia & the Pacific IFPIM, Ivy Ong, juga membagikan kesan positifnya terhadap pelaksanaan konferensi ini.

“Saya berharap meskipun nanti kita meninggalkan Jakarta, ke depannya kita masih bisa melanjutkan perjalanan ini bersama, menyelesaikan hal-hal yang menjadi tantangan, perhatian dan isu yang kita bahas, dan bangkit untuk menghadapinya. Terima kasih banyak," ujarnya.

x|close