Dampak Buruk Air Hujan Mikroplastik pada Kulit

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Okt 2025, 21:03
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Ilustrasi hujan Ilustrasi hujan (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) mengingatkan, air hujan yang tercemar mikroplastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada kulit manusia.

“Kita perlu mulai melihat isu mikroplastik bukan hanya sebagai masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan publik, termasuk bagi organ kulit yang menjadi garda terdepan perlindungan tubuh kita,” ujar Anggota Perdoski dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV saat dihubungi di Jakarta, Rabu, 29 Oktober 2025. 

Menurut Arini, kulit yang sehat sebenarnya memiliki pelindung alami berupa stratum corneum, yang cukup efektif menghalangi partikel besar seperti mikroplastik. Namun, pada kondisi tertentu — misalnya kulit kering, terluka, terbakar matahari, atau penderita dermatitis atopik — lapisan pelindung tersebut dapat lebih mudah ditembus.

Ia menambahkan, hasil studi eksperimental pada kulit hewan dan jaringan manusia menunjukkan bahwa nanoplastik berukuran di bawah 100 nanometer mampu menembus lapisan epidermis hingga mencapai dermis superfisial.

Di area tersebut, partikel-partikel mikroplastik dapat berinteraksi dengan sel imun seperti makrofag dan limfosit, sehingga memicu peradangan kronis ringan.

Baca Juga: Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Menkes Imbau Pakai Masker dan Jangan Keluar Rumah

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by NTV News (@ntvnews.id)

“Reaksi ini dapat menimbulkan peradangan kronik ringan yang dalam jangka panjang berpotensi mempercepat penuaan kulit atau memicu munculnya hiperpigmentasi pasca inflamasi,” jelas Arini. Ia menambahkan, beberapa jenis plastik juga dapat melepaskan reactive oxygen species (ROS) saat terkena sinar ultraviolet, yang memperparah kerusakan DNA pada sel kulit.

Menurutnya, meskipun efeknya tidak langsung terlihat, paparan berulang dan jangka panjang terhadap mikroplastik dapat memicu gangguan kulit serius. Risiko ini meningkat pada individu dengan komorbiditas seperti diabetes melitus, penyakit autoimun, atau gangguan kekebalan tubuh. “Pada individu dengan diabetes, misalnya, fungsi sawar kulit dan kemampuan regenerasi jaringan sudah menurun,” ujarnya.

Jika paparan tersebut disertai zat beracun seperti logam berat, maka proses inflamasi kulit dapat berlangsung lebih lama dan menghambat penyembuhan luka. Pada pasien dengan penyakit autoimun seperti lupus atau psoriasis, mikroplastik juga dapat memperburuk peradangan melalui mekanisme oxidative stress serta aktivasi sistem imun non-spesifik, yang dapat memperparah flare-up penyakit.

Bagi individu yang memiliki alergi berat atau eksim atopik, partikel mikroplastik bisa bertindak sebagai hapten (zat pemicu alergi) yang menempel pada protein kulit, sehingga meningkatkan risiko dermatitis alergi berulang.

Baca Juga: Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Menkes Imbau Pakai Masker dan Jangan Keluar Rumah

Arini menekankan bahwa fenomena hujan mikroplastik merupakan tanda serius bahwa pencemaran plastik kini tidak hanya terjadi di laut dan tanah, tetapi juga telah memasuki atmosfer dan turun bersama air hujan. “Artinya, partikel mikroplastik kini menjadi bagian dari udara yang dihirup dan lingkungan yang bersentuhan langsung dengan kulit setiap hari,” ujarnya.

Ia menyebut fenomena tersebut sebagai bentuk “dermatotoksikologi baru”, yakni paparan jangka panjang dari partikel mikroskopis yang dapat menimbulkan dampak biologis pada kulit. “Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa mikroplastik berukuran di bawah 10 mikrometer dapat menempel di permukaan kulit, menembus lapisan kulit yang rusak, dan memicu reaksi peradangan kronik,” kata Arini. (Sumber : Antara)

x|close