Amazon PHK 14.000 Karyawan di Divisi Korporat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Okt 2025, 13:09
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Amazon Amazon (Reuters)

Ntvnews.id, Amerika Serikat - Raksasa teknologi Amazon mengonfirmasi rencananya untuk memangkas ribuan posisi di divisi korporat, dengan alasan perusahaan perlu menjadi lebih ramping agar dapat memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan oleh teknologi kecerdasan buatan (AI).

Dalam pernyataan resminya pada Selasa, 28 Oktober 2025, Amazon menyebut akan mengurangi tenaga kerja korporat globalnya sebanyak “sekitar 14.000 posisi”. Sebelumnya, laporan media menyebutkan jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) bisa mencapai 30.000 orang.

Dilansir dari BBC, Rabu, 29 Oktober 2025, Beth Galetti, Wakil Presiden Senior Amazon, menjelaskan dalam memo kepada karyawan bahwa langkah ini bertujuan memperkuat perusahaan dengan mengalihkan sumber daya “untuk memastikan kami berinvestasi pada hal-hal yang menjadi taruhan terbesar kami dan yang paling penting bagi kebutuhan pelanggan, baik saat ini maupun di masa depan.”

Ia mengakui bahwa keputusan tersebut mungkin menimbulkan pertanyaan, mengingat kinerja perusahaan sedang berada dalam tren positif. Pada akhir Juli lalu, Amazon mencatat hasil keuangan kuartal kedua yang melampaui ekspektasi Wall Street, termasuk peningkatan penjualan tahunan sebesar 13 persen menjadi US$167,7 miliar.

Baca JugaAmazon PHK 30 Ribu Karyawan, Terbesar Sejak 2022

Namun, Galetti menegaskan bahwa pemangkasan tenaga kerja tetap diperlukan karena AI dianggap sebagai “teknologi paling transformatif yang pernah kami lihat sejak kemunculan internet” dan kini “memungkinkan perusahaan berinovasi jauh lebih cepat daripada sebelumnya.”

“Kami yakin bahwa kami perlu diorganisasi secara lebih ramping, dengan lebih sedikit lapisan dan lebih banyak tanggung jawab, agar dapat bergerak secepat mungkin demi pelanggan dan bisnis kami,” tambahnya.

Dalam memo yang dibagikan kepada seluruh karyawan pada hari yang sama, Galetti menyebut perusahaan “bekerja keras untuk mendukung semua orang yang terdampak,” termasuk membantu mereka menemukan posisi baru di dalam Amazon.

Bagi mereka yang tidak dapat dipindahkan, perusahaan akan memberikan “dukungan transisi” berupa pesangon dan bantuan lainnya.

Baca Juga: Netflix, Amazon dan Apple Dikabarkan Berminat Akuisisi Warner Bros. Discovery

Amazon saat ini mempekerjakan lebih dari 1,5 juta orang di seluruh dunia, baik di pusat distribusi maupun kantor. Dari jumlah itu, sekitar 350.000 merupakan tenaga kerja korporat, mencakup jabatan eksekutif, manajerial, dan penjualan, berdasarkan data yang disampaikan perusahaan ke pemerintah Amerika Serikat tahun lalu.

Seperti banyak perusahaan teknologi lainnya, Amazon melakukan perekrutan besar-besaran selama masa pandemi COVID-19 untuk mengimbangi lonjakan permintaan pengiriman online dan layanan digital. Namun, CEO Amazon Andy Jassy kini berfokus pada efisiensi dan penghematan biaya, seiring investasi besar-besaran perusahaan dalam teknologi AI untuk meningkatkan produktivitas.

Jassy sebelumnya telah memperingatkan bahwa otomatisasi melalui AI berpotensi menggantikan sejumlah pekerjaan.

“Kami akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk melakukan beberapa pekerjaan yang saat ini dilakukan, dan lebih banyak orang untuk menjalankan jenis pekerjaan lainnya,” ujarnya pada Juni lalu.

Baca Juga: Amazon Mau Gantikan 600 Ribu Pekerja dengan Robot pada 2033

Amazon sendiri telah beberapa kali melakukan pemangkasan di divisi korporat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, perusahaan memecat sekitar 27.000 karyawan dalam beberapa gelombang, mengikuti langkah serupa yang dilakukan sejumlah kompetitor yang juga memangkas ekspansi besar-besaran selama pandemi.

Setelah laporan keuangan terbarunya pada Juli, proyeksi keuntungan Amazon untuk kuartal berikutnya yang lebih konservatif menimbulkan keraguan di kalangan analis mengenai seberapa cepat investasi besar mereka di bidang AI akan menghasilkan keuntungan nyata.

Pertumbuhan yang lebih lambat di unit komputasi awan, Amazon Web Services (AWS), dibandingkan dengan pesaing seperti Microsoft dan Google, juga memicu kekhawatiran di kalangan investor.

Baca Juga: Airlangga Temui Bos Amazon, Freepot hingga Boeing, Dapat Masukan Negosiasi Negosiasi Tarif AS

Amazon dijadwalkan merilis laporan keuangan terbarunya pada Kamis mendatang untuk periode yang berakhir pada 30 September.

Analis teknologi dari Quilter Cheviot, Ben Barringer, menilai bahwa industri akan mengamati langkah Amazon dengan seksama.

“Kita sudah melihat sejumlah pekerjaan di bidang pengembangan perangkat lunak mulai berkurang karena kemampuan beberapa alat AI ini, dan perusahaan besar akan berupaya meredistribusi serta menata ulang tenaga kerjanya sesuai kebutuhan,” katanya kepada BBC.

“Mereka memiliki data dan dapat menerapkan AI dengan cara yang, sayangnya, membuat kehilangan pekerjaan menjadi hal yang tak terhindarkan,” tambah Barringer.

x|close