IHSG Dibuka Melemah ke 8.082, Rupiah Menguat Rp16.618 per Dolar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Okt 2025, 10:35
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Karyawan memantau pergerakan harga saham di salah satu kantor perbankan di Jakarta. Ilustrasi - Karyawan memantau pergerakan harga saham di salah satu kantor perbankan di Jakarta. (ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc/aa.)


Ntvnews.id
, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa pagi 28 Oktober 2025 bergerak melemah di tengah pelaku pasar mencermati arah kebijakan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed).

Dikutip dari Antara, IHSG dibuka melemah 34,33 poin atau 0,42 persen ke posisi 8.082.82.

Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 3,74 poin atau 0,45 persen ke posisi 820,79.

"Data inflasi AS yang lebih rendah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Rabu (29/10), dengan investor menantikan pernyataan Ketua Jerome Powell terkait arah kebijakan moneter selanjutnya," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya.

Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp45.000, Segram Jadi Rp2.282.000

Dari mancanegara, fokus perhatian pelaku pasar tertuju pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada Rabu, yang menurut konsensus akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi pada kisaran 3,75-4 persen.

Pelaku pasar juga menantikan keputusan suku bunga dari Europan Central Bank (ECB), Bank of Japan (BoJ), serta Bank of Canada.

Sementara itu, pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Kamis (30/10), dapat meredakan ketegangan dagang dan menghentikan tarif baru.

Komentar positif dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent tentang kerja sama perdagangan juga menambah sentimen positif.

Dari dalam negeri, Morgan Stanley Capital International (MSCI) saat ini tengah mengkaji ulang metode perhitungan free float saham Indonesia dan membuka konsultasi publik hingga 31 Desember 2025, dengan hasil diumumkan paling lambat 30 Januari 2026.

Aturan baru akan diterapkan pada reviewMei 2026, dengan dua opsi pendekatan yang sama-sama lebih ketat terhadap saham yang dimiliki korporasi atau tidak jelas kepemilikannya.

Selain itu, pembulatan angka free float juga akan disesuaikan menjadi lebih rinci.

Dampaknya, banyak emiten Indonesia yang memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi berisiko mengalami penurunan porsi dalam indeks MSCI, yang dapat memicu arus keluar modal asing.

Namun demikian, koreksi tersebut bersifat sementara karena aturan MSCI belum resmi dirilis.

Baca juga: Kinerja Solid Kuartal III 2025, Bank Mandiri Perkokoh Peran sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Pada perdagangan Senin (27/10), bursa saham Eropa ditutup menguat, di antaranya Euro Stoxx 50 menguat 0,63 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,09 persen, indeks DAX Jerman menguat 0,28 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 0,16 persen.

Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup menguat pada Senin, di antaranya indeks S&P 500 menguat 1,23 persen ke 6.875,16, indeks Nasdaq menguat 1,83 persen ke 25.821,55, serta Dow Jones menguat 0,71 persen ke 47.544,59.

Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 85,82 poin atau 0,12 persen ke 50.452,00, indeks Shanghai melemah 3,62 poin atau 0,09 persen ke 3.993,45, indeks Hang Seng melemah 65,70 poin atau 0,25 persen ke 26.368,50, dan indeks Strait Times menguat 24,61 poin atau 0,54 persen ke 4.464,48.

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa (28/10) di Jakarta menguat sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.618 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.621 per dolar AS.

x|close