Ntvnews.id, Jakarta - Aturan baru pertandingan pencak silat kembali menuai kontroversi setelah salah seorang atlet cedera parah akibat mendapat teknik bantingan di sebuah kejuaraan di Surabaya. Dalam video yang beredar, korban tampak tidak sadarkan diri usai dijatuhkan lawan.
Kejadian ini kemudian viral di media sosial. Rekaman lain yang beredar juga memperlihatkan pemandangan mengerikan saat korban tengah berada di atas tandu dalam kondisi kejang-kejang.
Baca juga: Kronologi Atlet Pencak Silat Kejang-kejang Saat Dibanting Lawan
Pelatih pencak silat nasional, Indro Catur Haryono juga sudah melihat video tersebut. Namun dia belum bisa memastikan detail kejadiannya. "Saya juga baru dikirimin rekamannya," katanya saat dihubungi NTVnews.id melalui percakapan di Whatsapp, Jumat (2 Mei 2025).
"Saya masih coba mencari tahu itu di mana dan pada kejuaraan apa," sambungnya.
Meski demikian, Indra menjelaskan kalau teknik bantingan memang sangat beresiko bagi kejuaraan non prestasi. Karena itu Indro berharap para penyelenggara (EO) kejuaraan pencak silat untuk menghindarinya bila tidak didukung dengan prasarana yang memadai.
"Kalau saya lihat sekilas tadi, matras yang digunakan masih model lama. Masih terlihat ada lingkaran di dalamnya. Ini juga bisa menambah besar resiko bagi peserta," bebernya.
Menurut Indro, teknik bantingan memang sudah diatur dalam pertandingan pencak silat sejak SEA Games 2021 lalu. Saat itu, atlet yang bertanding diperkenankan untuk menjatuhkan lawan dengan menarik menggunakan kedua tangan. Hanya saja, aturan ini kembali direvisi pada SEA Games berikutnya. Pada epiosde Filipina tahun 2023, peserta hanya boleh menggunakan satu tangan.
"Aturan ini juga dipakai saat Kejuaraan Asia dan Kejuaraan Dunia. Saat itu, tidak ada jatuh korban. Kejuaraan-kejuaraan (jalur prestasi) seperti ini juga didukung peralatan dan tim medis yang lengkap jadi resiko yang terjadi bisa teratasi dengan cepat," kata Indro.
Aturan baru bantingan atau take down sebelumnya juga sudah memakan korban di Medan, Sumatera Utrara. Said Alif Rabbani yang menjadi peserta Kejuaraan Daerah (Kejurda) Pencak Silat Sumatera Utara di GOR Lubuk Pakam, 15 Februari 2025 tewas akibat bantingan lawan.
Indra juga menyayangkan kejadian ini. Namun menurutnya, aturan baru terkait teknik bantingan bukanlah satu-satunya penyebab jatuhnya korban. Kelayakan peralatan hingga kesiapan tim medis di lokasi kejadian juga ikut menambah resiko terhadap atlet dalam pertandingan.
"Ketebalan matras itu harus diperhatikan. Jangan dipakai kalau sudah tipis. Itu sangat berbahaya bagi atlet yang bertanding," kata Indro menjelaskan. "Kesiapan tim medis juga penting. Harus bisa menangani dengan cepat dan tepat," kata Indro menambahkan.
IPSI sebagai induk olahraga pencak silat di Tanah Air bukannya tidak memberi perhatian pada kejadian yang menimpa Said dan atlet silat di kejuaraan Surabaya yang viral.
"Di PB (IPSI) sedang ditugasi tim pokja untuk membahas peraturan yang sekarang dijalankan untuk selanjutnya direvisi. Tinggal difinalisasi sekitar bulan Mei," beber Indro.
"Setelah pengesahan akan dilakukan uji coba," Indro menambahkan.
Di luar itu, Indro juga berpesan agar para penyelenggara kejuaraan pencak silat tidak memaksakan diri. Sebab meski diatur dalam regulasi pertandingan, teknik bantingan atau take down boleh disepakati untuk tidak digunakan. "Seperti event yang ada di Medan ataupun Jakarta baru-baru ini, saat technical meeting disepakati untuk melarang teknik bantinganm" katanya.