Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah terus berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi Jemaah Haji Indonesia. Sejumlah kebijakan dan penyesuaian dilakukan demi memberikan kenyamanan dan kelancaran ibadah jemaah, terutama dalam menyongsong puncak haji.
Tahun ini adalah kali pertama layanan jemaah haji disiapkan oleh 8 syarikah, utamanya saat puncak haji. Ada sejumlah penyesuaian yang dampaknya dirasakan jemaah, baik terkait pasangan jemaah yang terpisah maupun nusuk.
Bagaimana solusi terbaik yang disiapkan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)? Simak wawancara Tim Humas Kemenag, Minggu (18/5/2025), dengan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief, sebagai berikut:
Tahun ini kali pertama Kemenag gunakan 8 Syarikah. Bagaimana penjelasannya?
Alhamdulillah pemerintah melalui Kementerian Agama Republik Indonesia terus mencoba melakukan perbaikan layanan untuk jamaah haji Indonesia. Dan tahun ini kami menggunakan beberapa syarikah, tepatnya 8 perusahaan yang akan melayani jemaah haji Indonesia yang diharapkan pada saat layanan armuzna dapat dilayani dengan baik dari mulai tendanya, layanan untuk makannya, transportasi, dan lain-lain.
Dan pada tahun ini, ternyata juga Saudi memiliki aturan yang lebih ketat di berbagai hal, termasuk dan terutama untuk masuk ke Kota Suci Makkah. Itu sangat ketat sekali dan tidak sembarangan orang yang bisa masuk ke Kota Makkah kecuali memiliki kartu nusuk atau dengan visa haji.
Dengan 8 syarikat, kita harapkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut bisa lebih fokus melayani sejumlah jemaah haji Indonesia yang sudah kita membuat kesepakatan dan mereka dengan kontraknya, khususnya pada masa puncak haji, yaitu di Arafah, baik untuk tendanya, baik untuk konsumsinya, maupun juga tentu transportasinya. Begitu juga dengan layanan di Musdhalifah dan di Mina.
Beberapa masalah dihadapi oleh jemaah haji Indonesia yang tentunya pemerintah berkomitmen untuk terus memperbaiki, baik di Tanah Air maupun di Tanah Suci. Pada awal-awal keberangkatan, misalnya kita menyaksikan sebagian visa jemaah kita belum terbit, padahal mereka juga sudah dijadwalkan untuk berangkat atau terbang ke tanah suci. Dan kami konsekuensinya harus mendorong jemaah di kloter berikutnya atau sebagian jemaah di kloter berikutnya untuk mengisi kursi yang kosong, yang belum diisi oleh jemaah yang visanya belum keluar. Dan itu terus berlanjut beberapa hari.
Selain itu, nampaknya jemaah yang bergeser bergabung dengan kloter sebelumnya, jemaah yang berpindah kloter itu ternyata dilayani oleh perusahaan yang berbeda. Dan karena itu memang untuk tahun ini, kejadian-kejadian seperti itu, terus kita antisipasi ke depannya, kami juga sudah mempersiapkan langkah-langkah yang bisa dilakukan.
Khususnya untuk reunifikasi penggabungan kembali suami-isteri, ataupun penggabungan mahram, dan tentu saja antara lansia dan pendampingnya. Yang memang secara tahapan dalam pembayaran dalam sistem yang ada di tanah air itu berbeda, dan pada saat pengkloteran atau keluarnya visa itu ternyata juga berbeda. Dan mudah-mudahan kami bisa secepatnya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Bagaimana penyelesaian atas masalah kloter terpisah?
Pemerintah Indonesia melalui lisen penyelenggaran haji dan umroh terus-menerus berkoordinasi dengan Kerajaan Saudi melalui kementerian haji dan umrah, dan mengkomunikasikan situasi yang ada di tanah air maupun di tanah suci, khususnya di Madinah. Untuk menyelesaikan masalah tersebut tentu saja kami harus membaca ulang seluruh data yang kita miliki, baik data jemaah yang sudah terbang maupun jemaah yang belum terbang, kemudian juga data jemaah suami-istri yang bergabung, dan juga data jemaah suami-istri yang terpisah satu sama lain, dan juga keluarga. Ini dalam proses tersebut insya Allah kemarin Kerajaan Saudi menunjukkan respon yang sangat positif, dan kita diharapkan bisa menggabungkan kembali bila ada suami-istri yang terpisah.
Jadi perlu dicatat, ada beberapa kasus di mana suami-istri terpisah karena berbeda syarikahnya, dan hal itu sudah diketahui oleh pemerintah Saudi Arabia melalui kementerian haji, dan kita juga didorong untuk membuat pola penggabungannya. Sekian ribu jemaah sudah kami sampaikan datanya untuk proses penggabungan tersebut, dan tentu saja tidak semuanya karena sebagian besar suami-istri itu maupun keluarga itu bergabung, kecuali yang memang penggabungan-penggabungan.
Apa yang harus dilakukan jemaah jika mengalami hal tersebut?
Kami harapkan tentu saja jemaah juga bisa tenang, dan staf kami berusaha keras untuk memproses pergeseran penggabungan sepatnya, khususnya ketika semua jemaah sudah tiba di Makkah.
Ketika sudah tenang, sudah di Makkah, karena yang paling sulit saat ini adalah memasuki kota Makkah, dan yang bisa menjamin masuknya kota Makkah selain kartu nusuk atau kartu identitas haji, itu juga adalah jaminan dari syarikahnya. Ada sebagian jemaah juga yang terinformasi belum mendapatkan kartu nusuk, dan kami dalam koordinasi terakhir yang dilakukan antara kementerian agama, kementerian haji dan umroh, dan terutama dengan perusahaan-perusahaan layanan haji bersepakat untuk melakukan akselerasi pendistribusian kartu nusuk kepada jemaah haji Indonesia. Terkait dengan petugas, tentu saja kami juga terus memantau perkembangannya, termasuk juga masalah administrasi mereka, khususnya petugas kloter yang memang bergabung dengan jemaah.
Dan kami mendapatkan informasi ada beberapa petugas kloter yang kemudian harus terpisah dengan jemaahnya karena dalam proses pemvisaan maupun penetapan syarikahnya itu berbeda. Mudah-mudahan ini bisa kita atasi secepatnya.
Bagaimana dengan Dokter yang terpisah dengan Jemaah?
Kami mendapatkan informasi juga ada petugas haji, dan termasuk di dalamnya ada petugas kesehatan yang terpisah dari jemaahnya, dan kami sampaikan petugas kesehatan ada di semua kloter dan di semua sektor.
Tentu saja dalam konteks ini kami juga meminta kepada Kasektor dan menginformasikan juga kepada petugas kesehatan terdekat untuk bisa melayani jemaah haji di hotel terdekat. Untuk layanan kesehatan, selain ada di sektor sebagai layanan satelit, juga kita menyediakan layanan di KKHI. Mudah-mudahan ini juga bisa mempermudah bagi jemaah yang mendapatkan situasi sulit dengan kesehatannya, dan mudah-mudahan bisa dilayani dengan baik.
Salah seorang jemaah mendapatkan pemeriksaan kesehatan akhir setibanya di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta (Foto: MCH 2025) (MCH 2025 kemenag ri)
Apa yang harus dilakukan jemaah ketika mendapat masalah di Makkah?
Saya harapkan tentu kerjasama dari semua pihak, baik petugas maupun jemaah, bila mendapatkan masalah mohon bisa dikomunikasikan secepatnya, dan kami juga sudah memiliki hotline ataupun whatsapp yang di tanah air dan juga di Saudi, agar jemaah bisa mengkomunikasikannya dengan cepat dan langsung kepada petugas kami. Dalam mengkomunikasikan masalah yang dihadapi, agar mendapatkan solusi yang cepat, tentu kami juga mengharapkan informasi bisa diberikan secara valid, baik lokasinya, baik nomor hp-nya atau kontak person maupun sektor dan hotelnya. Jadi langkah-langkah yang dilakukan petugas bisa lebih terarah dan bisa langsung menyentuh dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh jemaah.
Apakah Kawal Haji dapat menjadi solusi?
Hotline yang dimaksud di sini selain yang instan seperti whatsapp, ada juga yang sudah kami siapkan namanya kawal haji, dan semua hal, masalah, informasi terkait dengan layanan, tentang makanan, transportasi, tentang hotel, tentang ibadah dan lain sebagainya, bisa disampaikan di Kawal Haji, dan kami tentu saja menjadikan platform itu untuk mempercepat proses penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh jemaah. Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan lancar dan jemaah haji Indonesia terus diberikan kemudahan sampai pelaksanaan puncak haji. Nanti di mana jumlah manusia yang akan berkumpul akan jauh lebih banyak dari sekarang dan kita semua diberikan kekompakan, kekuatan, serta kerjasama untuk terus mengawal proses penyelenggaran ibadah haji ini dengan baik.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada seluruh jemaah Indonesia yang terkenal disiplin, sabar, dan mengikuti skema yang telah disiapkan agar memberikan kemudahan kepada mereka.