Kelompok Feminis Liberal Iran: Kami Lebih Mungkin Dibunuh Polisi Moral Ketimbang Serangan Balasan Israel

NTVNews - 18 Apr 2024, 15:23
thumbnail-author
Ramses Manurung
Penulis & Editor
Bagikan
Kaum liberal Iran berunjuk rasa memprotes kematian perempuan Mahsa Amini yang diduga tewas akibat dianiaya polisi moral/ist Kaum liberal Iran berunjuk rasa memprotes kematian perempuan Mahsa Amini yang diduga tewas akibat dianiaya polisi moral/ist

NTVNews.id-Di saat komunitas internasional membujuk Israel untuk tidak melakukan serangan balasan terhadap Iran. Kaum liberal Iran malah berharap Israel melancarkan serangan balasan yang mungkin memicu kembali protes terhadap rezim tersebut.

Sikap sinisme mereka dipicu semakin massifnya polisi moral yang melakukan razia di jalan-jalan Iran. Mereka bergerak dengan mobil, sepeda motor, atau taksi yang tidak bertanda mencari para perempuan yang melanggar aturan karena tidak memakai hijab.

"Kami dulu tahu di mana kami bisa berada di luar dengan atau tanpa hijab. Dulu kita punya kafe-kafe dan restoran-restoran yang tidak bisa dijangkau oleh tentakel rezim, tapi sekarang mereka juga datang ke tempat-tempat itu dan menangkap perempuan dan membawa mereka ke penjara, mereka mendenda orang lain dan menutup bisnis," kata Azita seorang warga Iran dikutip dari ynetnews, Kamis (18/4/2024).

"Dulu kita tahu bahwa kita harus memakai hijab di tempat umum, seperti stasiun bus atau kereta api, tempat keramaian. Dulu kita bisa berjalan-jalan tanpa kendaraan, namun sekarang polisi moral menangkap perempuan dari toko dan menahan mereka secara tiba-tiba atau menghentikan mobil tanpa peringatan," imbuhnya.

Azita menuturkan beberapa pengemudi taksi yang tak lain adalah polisi moral Iran yang menyamar akan membawa perempuan yang tidak mengenakan penutup kepala. Ada kekerasan mengerikan yang tidak terkendali. Mereka dapat berjalan melewati mobil atau toko dan memecahkan jendela dengan tongkat mereka. Mereka bisa saja menarik seseorang dari jalan dan memukulinya hingga korban tewas.

"Kami, warga Iran, berbicara satu sama lain tentang apa yang telah dilakukan Iran terhadap Israel dan apa yang mampu dilakukan Israel terhadap Iran. Beberapa warga Iran berpendapat Iran seharusnya menyerang dan kini konflik tersebut harus diakhiri tanpa perang," tutur Azita.

"Namun sebagian besar dari kita, tentu saja kaum liberal, berpikir bahwa serangan balasan Israel dapat menimbulkan kekacauan yang akan mendorong orang turun ke jalan. Mungkin kali ini, rezim tidak mampu menghentikan perlawanan," lanjutnya.

"Kita semua sepakat pada satu hal. Kita lebih mungkin dibunuh oleh polisi moral dibandingkan dengan serangan Israel terhadap Iran," imbuhnya.

Azita menceritakan saat demo besar pecah di Iran, ia dan komunitasnya bebas berkumpul, membakar hijab, dan berjalan-jalan sesuka kami tanpa diganggu.

"Jelas bagi kami bahwa begitu ada pembicaraan mengenai serangan terhadap Israel, keadaan akan menjadi lebih buruk. Bagi rezim tersebut, menyerang Israel dan menegakkan hukum kesopanan adalah dua sisi kekuatan politik. Kami menyadari hal tersebut dan mengambil tindakan pencegahan, namun setelah Iran melancarkan serangannya, jumlah pasukan polisi moral dan tingkat kekerasan yang mereka gunakan meningkat dengan cara yang belum pernah kami lihat sebelumnya, bahkan selama protes. Mereka memperjelas bahwa protes sedikit pun tidak akan ditoleransi," ujarnya.

Azita mengungkapkan para perempuan yang dulunya melakukan protes, kini tinggal di rumah.

Mereka melihat teman, anak perempuan, ibu dan tetangga mereka disuruh membersihkan kantor pemerintah selama satu tahun sebagai hukuman. Beberapa dari mereka bahkan dipaksa untuk membersihkan mayat, yang lainnya dikirim ke “klinik pendidikan ulang”, di mana mereka dipaksa untuk menggunakan obat-obatan atau terdaftar sebagai orang gila.

"Siapa yang sekarang berani menentang rezim? Dengan kekerasan mereka, mereka menang. Mereka telah menindas kita sehingga membuat banyak orang Iran yang liberal berharap akan adanya serangan Israel yang sekali lagi dapat menyulut protes jalanan," kata Azita.

"Bahkan ada grafiti yang mendukung Israel, di dinding, dengan bintang raksasa Daud atau bendera Israel," pungkasnya.

Tags

x|close