Ntvnews.id, Jakarta - Djarum Group adalah salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia yang dikenal tak hanya sebagai produsen rokok kretek, tetapi juga penguasa berbagai sektor bisnis strategis.
Berpusat di Kudus, Jawa Tengah, perusahaan ini tumbuh dari sebuah usaha kecil menjadi raksasa global di bawah kepemimpinan keluarga Hartono.
Baca Juga: Kisah Bos Djarum Grup dan BCA Punya Rekening BRI Gegara Cetak Sejarah di Asian Games
Kisah Djarum dimulai pada tahun 1951, ketika Oei Wie Gwan membeli sebuah usaha kecil bernama Djarum Gramophon. Oei mengganti namanya menjadi Djarum dan mulai memasarkan kretek bermerek Djarum yang sukses di pasaran.
Namun, pada tahun 1963, pabrik Djarum mengalami kebakaran besar, menyebabkan perusahaan nyaris bangkrut. Oei meninggal dunia tak lama setelah insiden tersebut.
Bakmi GM
Perusahaan kemudian dilanjutkan oleh dua putranya, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono, yang berhasil membangkitkan Djarum dengan memodernisasi teknologi produksi.
Pada tahun 1972, Djarum mulai mengekspor produknya ke luar negeri, diikuti peluncuran Djarum Filter dan Djarum Super, yang menjadi ikon industri kretek di Indonesia dan dunia.
Di bawah kendali Robert dan Michael Hartono, Djarum berevolusi menjadi Djarum Group, sebuah konglomerasi yang mencakup banyak sektor bisnis.
Pada tahun 2022, Forbes menempatkan Robert dan Michael Hartono sebagai orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan mencapai US$ 47,7 miliar. Robert secara individu berada di peringkat ke-64 dunia dengan kekayaan US$ 23,2 miliar.
Kecintaan Robert Budi Hartono pada bulu tangkis mendorongnya mendirikan PB Djarum pada tahun 1969. Klub ini menjadi wadah lahirnya pemain-pemain berbakat yang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.